Jika Ku Mati Hari Ini

bungkam burung-burung jika ku mati hari ini
biarkan mereka memandangku dari sangkar jeruji kuningan
menyaksikan mamaku terisak-isak
tutup wajah rata jam dinding dengan kain hitam dan matikan alarmnya
bendung air lumpur yang mengalir di selokan
bisikkan kepadanya, "dia telah mati, dia telah mati"

jika ku mati hari ini,
bakarlah kertas-kertas di kolong ranjangku hingga hangus dan tersisa abu
diamkanlah suara kematianku
hingga semua itu tak mempermalukan ingatanku

jika ku mati hari ini,
minumlah susu kemasan karton, tanpa alasan apapun
memekiklah dan menjerit di mall tempat berbelanja
di depan semua hantu buta itu
di depan boneka pajangan yang diam dan rendah itu
di depan dewa-dewa mall saksi segalanya
dari dunia neraka carut mereka
ciptalah kehebohan
sebuah kehebohan untuk membungkam burung-burung di angkasa dan hujan

jadilah gila dan liar jika ku mati hari ini
pergilah ke boneka pajangan berwajah dingin itu
dan cabut sepatu mungil mereka
dan cari tahu apakah boneka pajangan punya jari kaki
dan jika mereka punya
(dan bayangkan mereka semua berkuku kasar)
dan cari tahu bagaimana rasa daging boneka pajangan plastik itu
ciumlah sepatu mereka
jilatlah dengan lidah kikukmu
lakukanlah itu tepat di depan para pembelanja yang belum mati
juga di depan wanita-wanita yang memadati toko parfum
berteriaklah dan beritahu semua orang
"dia telah mati, dia telah mati"

lakukan apa yang mereka bayangkan
melangkahlah menuju toko makanan
gigitlah semua apel di sana
lalu letakkan di tempat semula
ciumlah orang-orang yang sulit kau kenali dengan nafsu
hingga mereka pusing gelagapan beberapa saat.

disadur ulang dari buku "Let Me Stand Alone, Rachel Corrie"

Grace Unbeliever

I didn't know what's the classification of disease that coming up to my soul. I felt i would being grace unbeliever, thinking what i'd got disproportionately with what they had got. I was enviable look others who got high level society easily, not comfort look others being success with their carrier, jealous with others being in love with their soulmates, dislike with others full helps from people around them. Seems that all of it is blessed. But here i am, i have to perspire in torrents to get all, by only use my hands, feet and my though to reach all my dreams. Oh God, forgive me who often being unbelieve Your interere..

My 1st Book about Philosophy



Judul Buku : Cahaya Ilahi dan Opera Manusia
Penulis : M.A.W. Brouwer
Penerbit : Kompas
Tahun Terbit : 2004
Tebal buku : 184 + viii hal.


Manusia lahir ke dunia, hidup, berkarya, dan akhirnya mati. Hanya begitu sajakah adanya? Tentu saja tidak. Lalu bagaimanakah sewajarnya hidup itu? Bagaimana pula karya kita? Juga bagaimana sepantasnya ibadat dan yang sangat penting, mengenal Tuhan?

 ***

Saya tidak akan mengulas tentang siapa MAW Brouwer. Cukup sajalah jika kita mengenalnya sebagai psikolog sekaligus filsuf berkebangsaan Belanda yang lama mengabdikan dirinya di Indonesia. Buku ini cukup lugas mengantarkan pembacanya dalam memahami hal-hal yang bersifat ke-Ilahi-an dan juga tentang segala cerita yang terjadi di bumi manusia. Filsafat yang digunakan kusebut filsafat aplikatif, hanya bersifat menstimulus pikiran kita untuk berfikir “bagaimana seharusnya kerja-kerja manusia yang ideal di mata Tuhan”.

Buku ini merupakan kumpulan artikel MAW Brouwer yang dicetak dalam harian kompas, tidak ada benang merah yang secara khusus terkait antara artikel-artikel yang disusun secara runut, sehingga pembaca tidak perlu khawatir jika membacanya tidak berurut.

Di halaman awal kita dihantarkan pada cerita seorang raja dengan pakaian kesombongan yang berakhir di neraka. Sombong itu pakaian Tuhan, dan makhluk tidak berhak memakainya. Lalu dilanjutkan dengan beragam kisah tentang percobaan primitif manusia dalam mengkreasikan hubungan diri dengan Tuhan. Compostela dengan katedral agungnya, di mana di masa kejayaaannya orang-orang Yahudi malah sibuk menjadikan diri kaya dengan memanfaatkan tempat tersebut sebagai bandar industri obat ajaib, tasbih, lilin penghapus dosa hingga akhirnya Tuhan marah, dan sekarang kota Compostela sunyi, yang ada hanya nenek-nenek yang sibuk bercerita dan seorang pastor yang mau mati. Pesta Hasan Husein di Isfahan, Iran. Ratusan orang menyanyi, berdoa dan bertepuk tangan. Pemuda-pemuda setengah telanjang melukai dirinya, didera sampai menjadi merah. Dengan cambuk yang tajam dan ganas mereka mengorbankan darahnya kepada Tuhan. Sekarang kota-kota Iran pada hari Hasan Husein sepi. Tak ada pesta, tak ada nyanyian, tak ada darah. Rupanya Allah tidak mau.

Ibadah yang wajar ialah …
Bukan gedung raksasa, bukan menyiksa diri, bukan pembakaran buku, gedung atau lilin, bukan corong-corong yang main pasar malam.

Ibadah yang wajar ialah …
Menolong anak yatim, mengunjungi orang yang ditahan di penjara, membantu janda-janda yang oleh hakim diperlakukan dengan tidak adil, merawat orang sakit, mengajar yang bodoh, mengubur yang mati, dst.

Beranjak dari sana, kita diajak untuk melihat bagaimana cara penilaian di hari akhir. Segala hal yang agung di dunia, yang fanatik, yang merasa sudah benar karena sudah omong agama semasa hidupnya, yang hanya omong besar dan bohong,  semuanya dicampakkan ke dalam neraka. Lalu Tuhan berkata, ergo sum veritas (Akulah Kebenaran). Tuhan menilai sebagai insider, menilai dengan cinta dan jujur. Maka jangan membuat Tuhan marah, dengan menempatkan dewa asing di samping-Nya. Tuhan nomor satu dan Tuhan hanya satu.

Pemikiran sempit di bidang agama menciptakan suatu bayangan ilahi yang penuh politik, takhayul atau simbolik yang tidak berlaku lagi. Whitehead melukiskan Tuhan sebagai hal yang tak terhingga tipis, suatu arah, bukan barang, bukan hal yang ada atau bukan ide.

Memilih Tuhan adalah memilih arah, kalau semua hilang, kita diarahkan tetap percaya

Adakah yang pernah mengamati dengan seksama wajah orang yang meninggal? Kadang ekspresinya heran dan putus asa. Mungkin mereka melihat, bahwa lingkungan, waktu, ruang, bunyi, dan warna runtuh dengan pembukaan jalan yang menuju jurang. Ternyata loncat ke dalam alam kekal rasanya sangat mengejutkan.

Sadarkah kita bahwa eksistensi tidak mempunyai corak yang memberi kenyataan, karena eksistensi itu sendiri corak yang paling luas, dan corak itu tidak mendasarkan dirinya. Manusia tidak tahu dari mana asalnya atau kemana perginya, dan kalau tidak ada tangan yang dapat dipegang, dia takut dan merasa putus asa.

Lalu bagaimana dengan presence? Presence (hal sekarang, hal yang ada) ialah hal yang akan jadi dan menimbulkan harapan atau ketakutan, sedangkan jalan atau hal mengada ialah hal yang sudah lewat dan yang meninggalkan jejak yang kita cari. Melihat, mendengar, mimpi, merasa, dan berpikir tak lain merupakan bagian dari aliran waktu, das sein, dengan badan sebagai hal yang tidak sadar. Dunia menampakkan diri dengan suatu skenario dari waktu dan ruang, tetapi bagaimana hal itu dikonstruksikan dalam noesis (segi mengalami) dan noema (segi dialami), memang tidak disadari. Satu hal pasti, badan mempunyai batas dan kalau badan hilang, waktu juga hilang.

Hmm.. Penasaran dengan pembahasan selanjutnya? Heheh.. Silahkan anda cari buku ini dan membacanya.

***
Pembaca akan sedikit dipusingkan dengan banyaknya istilah asing (Bahasa Jerman atau Bahasa Inggris), namun cara bercerita seorang MAW Brouwer akan membawa pembaca tertarik membaca setiap ide yang dituangkannya, ia bercerita dalam tutur kata yang gamblang dan jenaka. Pembaca akan terdorong untuk menyelesaikan semua bagian, karena setiap bagiannya menyajikan ide, pandangan dan kutipan filsafat yang berbeda. Lalu kalau kita sudah selesai membaca buku ini, pembaca terdorong untuk mencari buku-buku filsafat barat, memperdalam pandangan-padangan filsuf banyak disajikan dalam buku ini.

Tapi jujur, saya sedikit pusing dan harus beberapa kali ulang membaca setiap judul baru artikelnya. Tidak jauh beda dengan buku Dunia Shopie yang dulu pernah sekilas saya baca, penulis mencoba teknik menulis kreatif dalam memaparkan pandangan-pandangan filsafatnya. Sayangnya bahasa kalimatnya suka tiba-tiba terputus, tidak selesai dan mengambang. Penulis terkesan memaksa menulis non fiksi dalam gaya fiksi lalu menyelipkan kutipan-kutipan pandangan para filsuf besar dalam bahasa kutipan. Walaupun demikian, secara keseluruhan,penulis berhasil mengantarkan ide awal tulisannya, mengajak pembaca berpikir ulang tentang bagaimana mengenal Tuhan dan bagaimana berlakon di tengah-tengah masyarakat.


Beauty, Brain and Behavior



Nafsu mengatakan wanita cantik atas dasar rupanya,
akal mengatakan wanita cantik atas dasar ilmu dan kepandaiannya,
dan hati mengatakan wanita cantik atas dasar akhlaknya.









keepin' smile



















do what makes you happy
be with who makes you smile
laugh as much as you breath
love as long as you live

even hard to make a smile
always try to keep smiling
again... again...
it's the primrose way!!


Penghambat Kemakmuran

"Sikap adalah cerminan diri kita dan dunia adalah cerminan sikap kita"


Aku kembali merenungi sepenggal kalimat bijak yang baru saja aku baca dari buku Chicken Soup for The Soul sore ini. Lalu berkaca pada apa yang selama ini terjadi padaku dan sekelilingku, ternyata hukum kausalitas antara sikap, diri dan kondisi di sekitar kita memang benar-benar berlaku.

Beberapa hari yang lalu aku melakukan sesuatu (yang baru aku sadari sekarang kalau itu salah), merasa buruk di  mata orang lain. Sementara apa yang mereka bicarakan tentangku mungkin saja hal-hal yang umumnya saja, mungkin saja tidak bermaksud untuk memfitnah atau memburuk-burukkan, tapi aku paranoid ketika berita yang tak enak itu sampai ke telingaku. Karena asumsi negatif itu, prestasi kerjaku akhir-akhir ini pun menurun.

Lalu aku menuntut mereka. Aku cari sampai ke akar permasalahan, aku cari sampai ke orang pertama yang mengeluarkan pernyataan negatif itu. Tapi aku tidak mendapatkan suatu kebenaran yang membuat hatiku makin nyaman. Dari setiap apa yang keluar dari mulut masing-masing mereka tidak sama, ada yang lebih, ada yang cenderung menjadikan teman yang lain kambing hitam, kondisi ini semakin membuatku membenci lingkungan kerjaku.

Tapi kutipan dalam buku yang kubaca tadi sore membuka hatiku. Ada pernyataan di sana bahwa Anda tidak bisa memaafkan seseorang jika anda menuntutnya, dan jika anda mempertahankan kemarahan atau dendam itu, anda tidak bisa terbuka untuk menerima semua jatah kemakmuran. (ini terbukti, terlihat dari produktivitas kerjaku yang belakangan menurun). Karena kemarahan kita tidak mendapatkan kenyamanan dari lingkungan tempat kita hidup.

Maka hari ini aku bertekad untuk merubah pola negativitas itu dengan afirmasi-afirmasi positif. Langkah pertama yang harus bisa aku lakukan adalah, mencoba memaafkan orang lain. Ya, untuk apa menanamkan kebencian jika itu hanya mendatangkan kerugian pada kita, perasaan buruk, tidak semangat untuk bekerja, tidak bisa kooperatif dengan rekan kerja karena kita menganggap tidak ada yang bisa kita percaya lagi. Langkah selanjutnya, tidak usah mendengar pernyataan negatif dari pihak lain, karena berita dari mulut ke mulut cenderung tidak ajeg, karena sifat dasar manusia yang suka lupa dan juga cenderung menggunakan rasa. Langkah terakhir, aku harus meminta maaf pada diriku sendiri, karena kesalahan yang aku buat ini. Rasa sensitif ini sedikit-demi sedikit harus dihilangkan, agar tidak menyebarkan banyak virus negatif pada citra diri kita.

Coretan Semangat

kembali kibarkan semangatmu wahai puan
jika kau tetap ingin menjadi seseorang di masa depan
impian itu bukan untuk dirasa atau diendapkan
tapi itulah acuan perjalanan panjang

hari ini, dimana semua impian itu ditilik
ukirlah ia pada bebatuan dalam hatimu
agar tak terhapus oleh sapuan air mata
agar tak terpengaruh oleh rasa yang datang dan pergi lalu hilang
camkan dalam pikiran bahwa impianmu hanya kau yang bisa capai
bukan dia atau mereka, yang akan menghadiahkannya untukmu

tegarlah...
untuk kembali melanjutkan perjalanan