Al Hikam: Salah Satu Tanda Lemahnya Iman adalah Tidak melihat Lembutnya Takdir



107. Siapa yang mengira kemahalembutan-Nya terlepas dari kemahakuasaan-Nya, berarti ia memiliki pandangan yang sempit.

Kemahakuasaan Allah terlihat saat Allah menimpakan petaka dan ujian kepadanya. Jika ia mengira bahwa kelembutan Allah itu terpisah dari kekerasan-Nya, hal itu menandakan pandangannya sempit. Sekiranya pandangannya sempurna, ia akan menyadari bahwa dalam petaka dan ujian itu ia banyak mendapatkan kelembutan Allah. Misalnya, dengan ujian itu, ia bisa mendekatkan diri kepada-Nya.

Ujian yang ditimpakan Allah kepada hamba-hamba-Nya pasti bertolak belakang dengan keinginan mereka dan membuat nafsu syahwat mereka meronta. Tentu setiap hal yang mengganggu atau menyakiti nafsu pasti akan berbuah baik, bahkan sebelum hamba itu kembali kepada Allah dan mengetuk pintu-Nya. Ini adalah faedah terbesar dari ujian dan cobaan. Hamba yang mendapatkan ujian akan mendapati bahwa jiwanya lemah, kekuatannya terbatas, dan sifat-sifat yang telah mendorongnya melakukan dosa atau maksiat serta menguatkan keinginannya terhadap dunia adalah bathil.

Dengan ujian itu, biasanya seorang hamba akan meraih ketundukan hati, sabar, ridha, tawakal, zuhud, dan ingin bertemu Allah. Bagaimanapun, sebiji sawi amalan hati lebih baik daripada segunung amalan anggota tubuh. Dengan ujian itu pula, ia akan mendapatkan penghapusan dosa dan kesalahan serta meraih kelembutan Ilahi lainnya.

108. Bukan ketidakjelasan jalan yang dikhawatirkan dari dirimu. Yang dikhawatirkan adalah menangnya hawa nafsu atas dirimu.

Ketidakjelasan jalan bermakna ketidakjelasan jalan ‘ubudiyah yang dapat mengantarkanmu ke hadirat Tuhanmu saat kau mengalami satu ahwal. Padahal, jalan ‘ubudiyah ini telah dijelaskan syariat. Siapa yang menelaah Al-Qur’an dan sunah maka ia akan mendapatkan bimbingan gamblang dalam meneliti jalan itu.

Ubudiyah-mu dalam ketaatan adalah dengan menyaksikan karunia ketaatan itu. ‘Ubudiyah dalam maksiat adalah dengan beristighfar dan bertobat. Adapun ‘ubudiyah dalam cobaan adalah dengan bersabar.

Dalam semua kondisi di atas, yang dikhawatirkan dari dirimu adalah kemenangan hawa nafsu atas dirimu sendiri sehingga ia membutakan matamu sampai kau tidak bisa melihat jalan tujuanmu. Ia bisa membuatmu bersikap sombong dan ‘ujub atas ketaatanmu, mendorongmu untuk selalu bermaksiat, mengabaikan nikmat dan tidak mensyukurinya, atau gelisah dan sedih saat menerima musibah.

Bisa jadi makna hikmah di atas adalah yang dikhawatirkan darimu, bukan ketidaktahuanmu tentang mana di antara sekian amal yang harus kau utamakan. Ini akan kau alami jika kau tidak dibimbing oleh sorang syeikh atau guru. Yang dikhawatirkan darimu justru saat hawa nafsu mengalahkanmu. Hawa nafsu akan menghalangimu untuk melakukan amalan-amalan tersebut sehingga kau malah mengurungkan niat meniti jalan menuju Tuhan. Bahkan, kau meninggalkan jalan yang semestinya kau gunakan untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Jika kau tidak mengetahui mana yang lebih utama di antara semua amal itu, sebaiknya kau mencari seorang syeikh pembimbing agar kau diajari dan dibimbingnya.

Sumber: Al Hikam - Syaikh Ibn Atha'illah Al Iskandari

Belajar dari Matahari

Pedang paling kuat dan tajam adalah logam besi yang mendapatkan tempaan paling keras pada nyala api yang sangat panas. Maka jangan kamu berharap menjadi kuat jika tidak berani hadapi ujian dan kerasnya hidup ini. Sebatang korek api tidak akan pernah bersinar bercahaya dan bermanfaat sebelum ia terbakar. Maka jangan pernah harap kesuksesan menghampirimu tanpa perjuangan dan pengorbanan. Tak akan berhasil seseorang sebelum merasakan kegagalan.

Jadilah orang yang selalu memberikan kebahagian. Walaupun hanya dengan sapa, salam dan sebuah senyuman. Jangan pernah serakah dan mementingkan diri sendiri. Belajarlah dari Matahari yang mampu bersinar lebih lama lagi. Tapi dia tetap memberi waktu bagi sang bulan untuk menunjukkan diri.

Kemenangan adalah saat di mana kita dalam keterbatasan, tapi masih sanggup menghasilkan karya terbaik yang mengagumkan. Kemenangan adalah saat kita ikhlas memberikan jalan-jalan kebahagiaan kepada orang-orang yang begitu membutuhkan pertolongan. Kemenangan adalah saat kita mampu memaafkan kesalahan meski kita telah dikecewakan dengan begitu dahsyatnya. Kemenangan adalah saat kejujuran lebih kita utamakan daripada mendahulukan ego dan gengsi diri sendiri. Kemenangan adalah saat kita mampu memberikan yang terbaik meski kita dalam kondisi yang apa adanya.

Jika kita tidak tahu atau bingung tentang siapa yang kita sangat sayangi, ingat-ingatlah saat-saat di mana kita berada dalam suasana yang tidak ingin kita kenang di situlah kita mengenali diri kita sebernarnya, di situlah kita juga tahu siapa yang paling kitau sayangi.

Mari Cemerlang dengan Bersabar

"... Sesungguhnya, hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas," (QS Az-Zumar : 10)


Kesabaran dalam Islam mempunyai kaitan dengan Allah. Kita dididik untuk memahami bahwa kesabaran adalah sebagian dari iman. Kesabaran mempunyai keuntungan dan kebaikan-kebaikan di sisi Allah. Jika  kita bersabar ketika menerima musibah, mereka akan menyadari bahwa kesabaran itu merupakan jembatan untuk mendapat pertolongan Ilahi. Di samping itu, ganjaran yang besar sedang menanti.

Kesabaran bukan berarti menerima saja keadaan serta menanti perubahan tanpa usaha. Sebaliknya, kita disuruh bersabar dan bersamaan dengan itu melakukan amalan serta usaha. Sejak awal dunia adalah tempat ujian dan godaan dan surga adalah tempat kesenangan yang abadi. Dan kita harus rela bersabar dengan segala ujian di dunia. Dan pada saat yang sama, kita juga harus berusaha bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 155 Allah berfirman, "Sesungguhnya, Kami pasti mengujimu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan, berikanlah berita gembira kepada mereka dengan sabar."

Walau bagaimanapun ujian yang menimpa, tidak akan terjadi terus-menerus atau selama-lamanya. Hal tersebut hanyalah merupakan suatu proses pendidikan dan pembangunan diri yang diperlukan sebelum kecermelangan dan kemenangan dicapai. Inilah yang dijanjikan Allah dalam Surah Al-Insyirah ayat 5-6 yang isinya, "Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kesenangan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada  kesenangan." Hal ini diperkuat lagi melalui sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, "Sesungguhnya, keberhasilan bersama-sama dengan kesabaran, kelapangan bersama-sama dengan kesusahan dan sesungguhnya beserta dengan kepayahan ialah kesenangan."

Selain dari itu, ujian juga menggugurkan dosa. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Nabi bersabda, "Tidak ada satupun musibah yang menimpa atas seorang muslim, baik berupa kepenatan, sakit yang kronis, kerisauan, kesedihan, kesakitan, dan kemurungan, sampai duri yang mengenai badannya, melainkan ia akan menjadi kifarat baginya dari dosa-dosa."

Oleh karena itu, bukanlah suatu yang sulit jika kita berterima kasih serta bersyukur kepada Allah apabila sesuatu ujian menimpa mereka. Berkenaan dengan ini, Umar Al-Khattab pernah berkata, "Jika aku mendapatkan ujian duniawi, aku bersyukur karena terdapat padanya empat nikmat, pertama, ujian itu tidak berkaitan dengan agama. Kedua, ia tidak begitu besar dibandingkan ujian agama. Ketiga, aku akan mendapatkan keridaan-Nya dengan ujian itu, dan keempat aku mengharapkan pahala dari-Nya." Inilah pikiran positif yang sepatutnya dicontoh.

Sikap kita ditentukan oleh cara kita melihat sesuatu masalah. Jika melihat sesuatu masalah sebagai satu kesempatan untuk membangun diri, artinya kita berpikir positif. Sebalikya, jika kita melihat masalah sebagai sesuatu yang akan memusnahkan kita, artinya kita berpikiran negatif. Ketika menghadapi suatu masalah, senyumlah dan katakan, "Alhamdulillah. Aku diberikan kesempatan untuk menjadi lebih berhasil." Kemudian, lakukan analisis terhadap masalah itu satu per satu. Jangan lupa, "Kita tidak boleh menelan seekor kuda sekaligus. Jika kita memakannya sedikit demi sedikit, akhirnya kita akan berhasil menelan seekor kuda.: Jelas sekali, yang menjadi masalah bukan kudanya, melainkan cara kita. Jangan lupakan sabda Nabi yang berbunyi, "Sesungguhnya, kecemerlangan bersama-sama dengan kesabaran, kelapangan bersama-sama dengan kesusahan dan sesungguhnya beserta dengan kepayahan ada kesenangan."

Perjalanan Menapak Jejak di Eropa

Judul Buku       : 99 Cahaya di Langit Eropa
Penulis              : Hanum Salsabila Rais dan Rangga Almahendra
Penerbit            : PT Gramedia
Tahun Terbit     : 2011
Tebal Buku       : 424 hal


Pergilah, jelajahi dunia, lihatlah dan carilah kebenaran dan rahasia-rahasia hidup; niscaya jalan apa pun yang kau pilih akan mengantarkanmu ke titik awal. Sumber kebenaran dan rahasia hidup akan kautemukan di titik nol perjalananmu. Perjalanan panjangmu tidak akan mengantarkanmu ke ujung jalan, justru akan membawamu kembali ke titik permulaan. Pergilah untuk kembali, mengembaralah untuk menemukan jalan pulang. Sejauh apapun kakimu melangkah, engkau pasti akan kembali ke titik awal. (Paulo Coelho dalam 99 Cahaya di Langit Eropa)
***

Apa yang anda pikirkan ketika saya menyebut Eropa? Pasti yang terekam dalam benak anda, kebesaran nama Paris dengan Menara Eiffelnya, Jerman dengan Tembok Berlinnya atau Collosseum di Roma. Lebih dari itu, Eropa tidak hanya tentang Menara Eiffel, atau Tembok Berlin, atau Collosseum. Eropa menyimpan banyak cerita tentang peradaban yang pernah besar di sana, yakni Islam.

Eropa dan Islam, mereka pernah menjadi pasangan yang serasi. Peradaban Islam-lah yang telah memperkenalkan Eropa pada pemikir-pemikir dunia, seperti Aristoteles, Plato, Socrates, hingga akhirnya meniupkan angin renaissance bagi kemajuan Eropa sekarang. Hal inilah yang dirangkum dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa. Novel ini tidak sekedar bercerita tentang perjalanan biasa si penulis di kota-kota besar dalam sejarah Eropa yang sudah sangat terkenal di dunia seperti kota-kota di atas, tetapi juga mengenai catatan kebesaran Islam di Eropa. Peradaban Islam di masa silam yang memberikan kontribusi besar dalam kebangkitan Eropa menuju dunia modern.

Bahasa penulis yang sederhana dan manis di awal cerita membuat saya yang membacanya tertarik untuk melahap novel ini sesegera mungkin. Walaupun penulis tidak mempunyai latar belakang sastra, ia dapat menyajikan cerita dengan indah dan menggetarkan, dan dapat dimasukkan dalam jajaran penulis pemula yang tidak bisa diremehkan. Ciri khas yang menonjol dalam novel ini adalah gaya menulis seorang traveller sejati, yang mencatat setiap detail perjalanannya, tidak hanya menampilkan fakta tetapi juga mengalirkan getaran dan rasa dari apa yang telah mereka alami di sana. Bagaimana rasa ketika penulis bertemu dengan beberapa kenalan muslim. Mengetahui kehidupan muslim minoritas di Eropa. Sikap positif mereka untuk berpikir out of the box namun tidak meninggalkan esensi Islam sebagai rahmatan lil’alamin. Rasa persaudaraan dan tenggang rasa lebih dari sekedar kenalan. Yang semuanya ikut memperkaya tulisan ini dengan pesan-pesan moral dan semangat Islam yang tergambar dalam akhlak, perilaku jihad yang lebih manusiawi, yang lebih indah dari jalan teror atas nama agama.

Jihad sederhana yang mereka tampilkan, sebagai syiar Islam dari teman-teman muslim di Austria, misalnya dengan senyum dan selalu jujur. Konsep restoran Der Wiener Deewan, yang memakai slogan sensasional “All you can eat, pay as you wish”, yang mengajarkan makna ikhlas untuk memberi dan menerima sebagai suatu sisi terindah dari seorang manusia, yakni kedermawanan. Yang merupakan hal yang sangat mendasar dalam ajaran Islam untuk membersihkan diri. Perilaku dan akhlak yang seperti ini adalah suatu berkah ajaran yang niscaya dapat menghadapi tantangan zaman yang sudah banyak mengabaikan iman kepada Sang Pencipta.

Di sisi lain, penulis juga berhasil mengumpulkan kembali sisa peradaban Islam yang terserak. Dan secara genuine, mampu mengeksplorasi kisah-kisah langka yang jarang terkuak oleh publik, seperti misteri tentang Napoleon Bonaparte, roti Croissant, asal-usul kopi, misteri tulisan kaligrafi dalam jubah raja-raja di Eropa, The Mosque Cathedral, hingga ke misteri garis imajiner “sejarah satu garis” atau yang disebut dengan Axe Historique yang menghubungkan bangunan-bangunan bersejarah di Paris dengan Ka’bah di kota Mekkah. Kebesaran Islam yang tertutup awan karena kecurigaan dan kesalahpahaman. Kehidupan Islam di mana ia menjadi minoritas. Dan Cordoba, Granada, Istambul, saksi bahwa Islam pernah menjamah Eropa, yang tumbuh dalam kedamaian dan toleransi di tengah-tengah agama besar lainnya.

Saya yakin bahwa novel ini akan sangat memperkaya bacaan anda, baik tentang fakta-fakta Islam di Eropa yang tertimbun arus budaya dan teknologi, dan juga memberikan inspirasi tentang makna hidup Islam yang lebih kontekstual. Membaca, menelaah tanda-tanda alam dan terus mencari sumber-sumber kebenaran.
***

Wahai anakku! Dunia ini bagaikan samudera di mana banyak ciptaan-Nya yang tenggelam. Maka jelajahilah dunia ini dengan menyebut nama Allah. Jadikan ketakutanmu pada Allah sebagai kapal-kapal yang menyelamatkanmu. Kembangkanlah keimanan sebagai layarmu, logika sebagai pendayung kapalmu, ilmu pengetahuan sebagai nakhoda perjalananmu; dan kesabaran sebagai jangkar dalam setiap badai cobaan. (Ali bin Abi Thalib RA)

Tulus dalam Sapa


aku ingin bertahan dengan hati ini
menikmatinya dengan segala rasa
pahit, getir atau manis

adakah tempat di sela hatimu
buatku

lagi, aku mengingat saat di mana semuanya ada
aku, kau, kita, membuat cerita di sana
berlaku khidmat akan kebaikan massa
dan masa pun mencatat berbait-bait suka

kembali, adakah kata yang mengalir cita
ringan tanpa prasangka
karena duka lara tersayat atasnya
atau bukan lagi saatnya asa kita sama
terkurung dalam bisunya bibir yang tetap terkatup
sapaan yang enggan bertaut
hanya pikiran yang berkelana
saling menerka

dan waktu pun terus berlalu
tertawa melihat kita
saling mengasing sampai terasing
akan berlaku kalimat itu
bahwa sekali berarti sudah itu mati

lagi-lagi pikiranku berkelana, menerka

bayangan itu selalu berada di hadapanku
sepertinya itu dirimu
memandang dari kejauhan
tapi hanya menatap
tak berani mendekat
tersenyum atau berkata
hanya menatap
datar tanpa makna apapun kudapat

bolehkah aku menghampiri
memulai dengan senyuman
dan pandangan suka
bukan pandangan terka
yang aku yakin itu menyayat
yang membuat kita berasa terhina

apapun itu aku bersedia lakukan
supaya hilang batas di antara kita
supaya ringan kembali rasa kita
supaya ada lagi senyum di bibir kita
supaya bisa lagi kita berkata
dan binar itu kembali hadir di sudut mata


Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
(Al-Baqarah : 153)

Clubbing With My Students

Here is one of my activity with my students. Feel happy and younger when being among these teenagers. They are not only funny and kind but also smart. I can bring their thought wherever i want. They follow and adapt rapidly. They're always enthusiastic to try something new. When i told them, we need a club to improve our skill, they appreciate my idea. I start it with a little students, and now it grows and influences to other students, more and more join in this club. Meeting in limited group absolutely gives positive impact to build their characteristics. Some of them become more confidence to speak in front of school, think more analitycal and critical in every discuss at subjects they learn. 










Sekelumit Hikmah dan Pesan Sufi (3)


Seorang sufi ditanya: "Bagaimana aku mensyukuri kedua mataku." Sang sufi menjawab: "Jika engkau melihat kebaikan, engkau sebarluaskan dan bila melihat keburukan, engkau tutupi dan rahasiakan." Lalu si penanya bertanya lagi: "Bagaimana aku mensyukuri kedua telingaku?" Sang sufi menjawab: "Jika engkau mendengar yang baik, engkau camkan dan pelihara, dan bila itu buruk, engkau tinggalkan dan lupakan.

Siapa yang memperhatikan aib dan kekurangannya, dia tidak akan melihat aib dan kekurangan orang, siapa yang melupakan dosa dan kesalahannya, dia akan memperbesar dosa dan kesalahan orang lain, siapa yang puas dengan apa yang dianugerahkan Allah kepadanya (setelah usaha halal maksimal), dia tidak akan pernah sedih dari apa yang tidak diperolehnya, siapa yang menghunus pedang untuk mencederai orang lain secara aniaya, maka pedang serupa membunuhnya. Siapa yang menggali lubang untuk menjerumuskan saudaranya, maka dia akan terjerumus ke dalamnya. Siapa yang merasa pendapatnya saja yang benar, dia akan tersesat, siapa yang angkuh menghadapi manusia, dia akan menjadi hina, siapa yang masuk ke tempat buruk, akan menjadi tersangka, dan siapa yang bergaul dengan cendekia, akan ikut terhormat.

Ada tiga macam tangan, yaitu putih, hijau dan hitam. Yang putih adalah yang memulai mengulurkan tangan (memberi bantuan maupun meminta maaf). Yang hijau adalah yang menerima uluran tangan dan membalas kebaikan dengan kebaikan. Sedang yang hitam adalah yang menyebut-nyebut kebaikan yang dipersembahkannya.

Sungguh yang berakal memerlukan dua cermin. Yang pertama digunakannya untuk melihat kelemahan dan kekurangannya, agar dia memperbaiki diri semampu mungkin, sedang cermin kedua, digunakannya untuk melihat keistimewaan orang lain, agar dia meneladaninya sekuat mungkin.

Anggap sedikitlah yang banyak engkau beri, dan anggap banyaklah yang sedikit engkau terima. kesenangan hati seseorang yang baik itu dengan pemberiannya, dan kesenangan seseorang yang bejat itu dengan yang diterimanya. Janganlah menjadikan seorang yang kikir sebagai pembantumu, jangan juga seorang pembohong sebagai kepercayaanmu, karena tiada bantuan dengan kekikiran, dan tiada amanah bagi pembohong.

Siapa yang berlapang dada, maka dia telah memelihara kehormatannya; siapa yang terbuka tangannya, maka terpuji namanya; siapa yang mengelola hartanya, maka sedikit kebutuhannya; siapa yang memikul kesulitan, banyak kebajikannya; siapa yang menahan amarahnya, tersebar toleransinya; siapa yang memaafkan orang lain, menumpuk kebaikannya; dan siapa yang bertakwa, Allah melindungi dan mencukupinya.


M. Quraish Shihab. "Logika Agama". 2005.

kelabu di ujung waktu


aku tak punya kata-kata untuk kurangkai lagi
semuanya habis begitu kau berlalu meninggalkanku
sayatannya tergores terasa sangat sakit di hati
aku merana di ujung waktu yang kelabu

kepergianmu meninggalkan sejuta tanya di hatiku
tanpa kata tanpa alasan tanpa pesan sampai padaku
marah, sedih dan resah bergumpal di ulu
aku merana di ujung waktu yang kelabu

rasa perih kehilanganmu sampai kini masih lekat di hati
hingga aku pun berjalan perlahan dengan segudang ragu
cintamu mungkin takkan pernah kurasakan lagi
aku merana di ujung waktu yang kelabu

pernah ada beberapa hadir ingin menggantikan posisimu di hatiku
dan ku berusaha menghapusmu lalu memberinya tempatmu
tapi kau tak mau beranjak, membuatku mengharu biru
aku merana di ujung waktu yang kelabu

usiaku tak lagi muda tentu kau tahu itu
aku tetap memilih untuk menunggumu
meski waktu perlahan memakan rupaku
cintamu akan tetap kujaga dalam lipatan hatiku
walau kutahu aku merana di ujung waktu yang kelabu

 Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
(Al-Lail : 7-10)

Sekelumit Hikah dan Pesan Sufi (2)



Sufi besar Ibrahim Ibn Adham, melihat seseorang larut dalam kesedihan, maka dia berkata kepadanya: "Akan kutanyai engkau tiga pertanyaan, jawablah dengan jujur. Yang pertama: Adakah yang terjadi di alam raya ini tanpa kehendak Tuhan?" Orang itu menjawab: "Tak ada! Semua atas kehendak-Nya." "Yang kedua," tanya Ibrahim, "apakah rezekimu berkurang dari apa yang telah ditetapkan Allah bagimu?" "Tidak! Apa yang telah ditetapkan-Nya tidak akan meleset." "Yang ketiga: Apakah berkurang ajalmu sesaat dari apa yang ditetapkan-Nya?" "Tidak! Apabila ajal datang, maka ia tidak dapat dimajukan, tidak juga diundur." Jawab yang bersedih, "kalau demikian, mengapa engkau larut dalam kesedihan? Bangkitlah!" kata Ibrahim Ibn Adham.

Seorang sufi bertanya, "Bagaimana keadaanmu?" Yang ditanya menjawab: "Alhamdulillah, jika aku memperoleh rezeki aku makan, dan jika tidak, aku bersabar." Sang sufi menjawab: "Begitulah anjing di daerah kami. Tetapi manusianya jika memperoleh rezeki dia berikan kepada yang butuh dan bila tidak memperolehnya dia bersyukur."

Satu ketika Umar Ibn Abdul Aziz ra. sedang dalam perjalanan bersama Sulaiman Ibn Abdul Malik. Ketika itu guntur dan kilat menyertai hujan, sehingga menggetarkan hati mereka. Tapi Umar ra. tersenyum dan berkata: "Ini rahmat Allah yang diturunkan-Nya, tetapi itu disertai dengan situasi yang menakutkan kita. Bayangkanlah rasa takut yang mencekam kalbu kita, jika yang diturunkan-Nya itu adalah murka-Nya."

Seorang sufi berdoa ketika sedang thawaf di Ka'bah dengan berucap: "Ya Allah, Kami menaati-Mu dalam hal yang Engkau paling sukai, yakni mengakui bahwa Engkau Maha Esa dan Tiada Tuhan Selain-Mu, kami juga tidak mendurhakai-Mu menyangkut apa yang Engkau benci, yakni mempersekutukan-Mu, maka Ya Allah ampunilah apa yang kami lakukan antara keduanya.

Sufi besar Hasan al-Bashri (w. 728 M) ditanyai tentang rahasia ketidakcenderungannya kepada nikmat duniawi. beliau menjawab: "Kuketahui bahwa rezekiku tidak mungkin diambil oleh orang lain, karena itu hatiku tenang. Kuketahui juga bahwa tugasku tidak dapat dikerjakan orang lain, maka aku tekun melaksanakannya. Kuketahui juga bahwa Allah mengetahui keadaanku, maka aku malu ditemui-Nya dalam kedurhakaan, dan kuketahui bahwa maut menantiku, karena itu aku menyiapkan bekal menghadap Allah.

Suatu ketika Sufyan ats-Tsauri berdoa di depan sufi besar Rabi'ah al-Adawiyah: "Ya Allah ridhailah kami." Mendengar doa itu Rabi'ah berkata: "Apakah engkau tidak malu memohon ridha-Nya sedang engkau sendiri belum ridha kepada-Nya?" Sufyan berkata: "Astaghfirullah, kapankah seseorang dinamai ridha kepada Allah?" Rabi'ah menjawab: "Kalau kegembiraannya ditimpa musibah setara dengan kegembiraannya memperoleh nikmat."


M. Quraish Shihab. "Logika Agama". 2005.

Sekelumit Hikmah dan Pesan Sufi (1)


Sungguh mengherankan, bila Anda mengenal Allah tetapi tidak mencintai-Nya; bila mendengar ajakan kebaikan lalu tidak bersegera memperkenankannya, bila telah mengetahui kadar keberuntungan berniaga dengan Allah lalu berjual beli dengan selain-Nya, bila mengetahui betapa besar siksa-Nya lalu mengundang murka-Nya.

Sungguh aneh jika Anda telah merasakan keterasingan akibat kedurhakaan, lalu tidak merindukan kebahagiaan dengan menaati-Nya, dan yang lebih aneh adalah bila Anda percaya bahwa Dia yang paling Anda butuhkan lagi tak dapat hidup tanpa bantuan-Nya, lalu Anda berpaling dari-Nya dan menghadap kepada yang menjauhkan Anda dari rahmat-Nya. 

Aku tercengang melihat tiga orang. Pertama, yang pamrih terhadap makhluk sesamanya dan melupakan Tuhan yang selalu bersamanya. Kedua, yang kikir menyedekahkan hartanya, padahal Tuhan yang menganugerahi, meminta diutangi lalu ia menolak permintaan-Nya. Ketiga, seseorang yang sangat mendambakan pertemanan makhluk dan cinta mereka, padahal Allah mengajaknya berteman dan saling mencintai.
(Yahya bin Mu'adz)

Tiga hal menjadikan aku tertawa dan tiga hal pula yang menjadikanku menangis. Yang menjadikanku tertawa adalah dia yang mengejar dunia padahal kematian mengejarnya, yang lengah tapi dia selalu diawasi, serta yang tertawa terbahak-bahak padahal dia tidak mengetahui apakah Tuhan rela kepadanya atau murka. Sedang tiga yang menjadikanku menangis adalah ngerinya kiamat, kurangnya pengabdian, serta perhitungan Tuhan, apakah aku diantar ke surga atau dijerumuskan ke neraka.
(Abu ad-Darda')

Empat hal mematikan kalbu. Dosa ke dosa, obrolan yang banyak, berdiskusi dengan pecundang, dan bersahabat dengan yang mati (hatinya).

Hati-hatilah! Jangan menginjak leher siapa yang sedang terjatuh, jangan merengutkan wajah di hadapan siapa yang butuh. Jangan juga menutup telinga ketika mendengar rintihan si miskin. Jika Anda melakukan itu, maka gugurlah keanggotaan Anda dalam "khazanah cinta dan kemanusiaan". Untuk Anda ketahui, khazanah ini memiliki banyak cabang dan berada di semua tempat, hanya saja anggotanya bukanlah pendengki atau yang mementingkan diri, bukan pula yang tidak memiliki hati.

Pengetahuan yang paling berharga adalah pengetahuan manusia tentang dirinya, dan sikap yang paling agung adalah keberadaan seseorang sesuai pengetahuannya, sedang kehormatan yang terbaik adalah memelihara air muka.


M. Quraish Shihab. "Logika Agama". 2005.

KDRT: Antara Cinta dan Derita

Ada pernyataan seorang aktris yang sangat menggelitik pikiran saya, katanya “there is a subconscious way of taking violence as a way of expression, as a normality and it has a lot of affects in the youth in the way they absorb education and what they hope to get out of life.” Salma Hayek, aktris ini yang pernah mengatakan bahwa ada cara dari alam bawah sadar kita yang menjadikan kekerasan sebagai suatu ekspresi yang merupakan sesuatu yang normal dan memberikan banyak efek terhadap anak muda dalam menyerap pendidikan dan apa yang mereka harapkan keluar dari kehidupan. Kondisi inilah yang selalu berhadapan dengan kita. Seakan-akan kekerasan itu sudah menjadi pandemi yang wajar dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat menganggap hal yang lumrah jika melihat kekerasan, baik yang terjadi di wilayah domestik maupun publik.
Menurut data Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan tahun 2010, ada sebanyak 96 persen kekerasan terjadi di dalam rumah tangga. Angka yang sangat fantastis jika dibandingkan dengan tingkat kekerasan yang terjadi di wilayah publik. Di belahan dunia lain, di Arab misalnya, dipastikan bahwa dari tiga orang perempuan satu di antaranya mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Ada apa dengan lembaga pernikahan para makhluk yang berperadaban ini? Bukankah setiap rumah tangga itu dibangun di atas rasa cinta, antara suami dan istri, antara orang tua dengan anak-anaknya? Jika memang benar bahwa rumah tangga dibangun atas dasar cinta, mengapa kekerasan malah marak terjadi di dalamnya?
Menurut definisi UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkungan rumah tangga. Secara aktivitas, bentuk tindakan kekerasan ini seperti menyakiti dan mencederai secara fisik maupun psikis emosional yang mengakibatkan kesakitan dan distress (penderitaan subyektif) yang tidak dikehendaki oleh pihak yang disakiti yang terjadi dalam lingkup keluarga (rumah tangga) antar pasangan suami istri (intimate pastners), atau terhadap anak-anak, atau anggota keluarga lain, atau terhadap orang yang tinggal serumah (misal, pembantu rumah tangga). Kekerasan antara pasangan hidup adalah bila salah satu orang berusaha mengintrol (memanipulasi) yang lain dengan menggunakan ancaman (intimidasi), rasa ketakutan, dan penganiayaan fisik. Kekerasan dalam rumah tangga bisa terjadi dalam pasangan heteroseksual dalam perkawinan, maupun sesudah perceraian, atau dalam pasangan homoseksual. Elemen kunci di sini adalah intimidasi, membuat malu dan cedera fisik.

Kekerasan sebagai Identitas Kekuasan dalam Rumah Tangga
Kekerasan dijadikan sebagai identitas kekuasaan dari seseorang yang memegang kendali dalam suatu sistem. Kita banyak menemukan kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga dengan istri sebagai korban tindak kekerasan sang suami, atau anak yang menjadi korban atas kekerasan yang dilakukan oleh ayah maupun ibunya. Sepertinya dari kondisi tersebut dapat kita lihat terdapat korelasi antara kehausan bagaimana seseorang mengekspresikan dirinya, bahwa dialah yang memiliki kekuatan (power) dan karenanya dia pn merasa pantas melakukan apa saja termasuk kekerasan baik terhadap istri maupun anaknya.
Seperti fenomena gunung es, kekerasan dalam rumah tangga tidak banyak muncul di permukaan. Banyak perempuan yang menganggap bahwa masalah rumah tangga adalah wilayah privat yang tidak layak untuk diwacanakan ke wilayah publik. Anggapan bahwa masalah kekerasan dalam rumah tangga adalah aib dan rahasia yang harus dijaga membuat kita kesulitan dalam menyelesaikan permasalah tersebut. Ketika ada dua orang, laki-laki dan perempuan berkelahi di tengah pasar misalnya, kita yang melihat dan mengetahui bahwa mereka adalah suami istri akan segera meninggalkan mereka dan mengatakan bahwa itu masalah internal rumah tangga orang lain, biarkan saja mereka yang menyelesaikan.
Fenomena gunung es ini semakin laten karena ada beberapa prinsip yang membudaya di tengah-tengah masyarakat kita. Di antaranya sistem patriarkat yang memberi tempat dominan kepada kaum laki-laki untuk menjadi kepala rumah tangga dan sekaligus penentu kebijakan dalam rumah tangga, sehingga anggota keluarga mengintrodusir nilai kepatuhan/loyalitas hanya kepada ayah dan bukan ibu. Terdapat kasus jika perkawinan itu maharnya telah dilunasi, ada anggapan bahwa suami boleh melakukan apa saja terhadap isteri. Di lain pihak, biasanya perempuan lebih memilih “aman”nya saja, tidak mengapa dia terluka asal jangan broken home, karena secara finansial suami yang menafkahinya dan anak-anaknya.
Gejala lain yang biasanya menimpa perempuan saya sebut masokhisme. Saya mengartikannya dari sudut pandang psikologi sosial, karena kebanyakan perempuan legowo menerima tindak kekerasan yang terjadi padanya atas dasar cinta. Mereka lebih memilih menerima perlakuan kekerasan daripada bercerai karena sangat mencintai pasangannya, takut menelantarkan anak-anak sehingga dengan sadar atau tidak, terpaksa atau tidak terpaksa, mulai terbiasa dengan perlakuan keras yang mereka dapatkan hingga terjebak dalam kenikmatan semu tersebut. Bisa jadi paparan kondisi-kondisi ini yang membuat marak tindak kekerasan terjadi dalam rumah tangga.
Jika kita berbicara masalah hak asasi manusia maka kekerasan adalah kejahatan yang melanggar hak orang lain. Istri maupun anak adalah makhluk yang sudah mempunyai hak hidup dari sejak lahir, hak untuk dihargai dan mendapatkan perlakuan hidup yang pantas. Bukan barang milik suami. Bukan karena suami sudah memberi nafkah maka ia berhak untuk memperlakukan istri maupun anak sebagai benda yang bisa dirusak untuk memenuhi kebutuhan pengakuan kekuatannya. Istri dan anak selaku makhluk yang menerima perlakuan kekerasan akan menyerap perlakuan tersebut dan mengalami gangguan yang berpeluang secara laten hinggap di alam bawah sadarnya. Tekanan jiwa atau depresi baik dari yang ringan sampai dengan yang berat akan menghambat kehidupan mereka, tidak produktif dan menikmati indahnya kehidupan selanjutnya.

Upaya Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga
Segala upaya harus kita lakukan untuk mengurangi dan menghapus tindak kekerasan di sekitar kita. Melibatkan semua pihak yang terkait dan mengupayakan pihak-pihak tersebut dapat menjalankan fungsinya secara sinergis. Kita sebagai perempuan, pihak yang rentan terhadap tindak kekerasan dalam rumah tangga sudah seharusnya membentengi diri dari perilaku tersebut. Mulailah untuk menanamkan kesadaran pada diri sendiri bahwa kita mempunyai hak yang sama dengan mereka, hilangkan rasa bahwa perempuan mempunyai posisi subordinat dari laki-laki karena rasa tersebut turut memberikan kontribusi yang cukup besar atas rasa penerimaan kita diperlakukan tidak pantas oleh mereka. Bukan cinta kalau pasangan kita memperlakukan kita dengan tidak terhormat.
Prinsip memulai dari yang terkecil dan dari yang terdekat akan sangat efektif dalam upaya penghapusan tindak kekerasan di sekitar kita. Pendidikan juga sangat memegang peran yang sangat signifikan dalam memberikan pemahaman relasi gender antara laki-laki dan perempuan. Kita bisa mengajarkan anggota keluarga untuk tidak membedakan jenis kelamin dan tugas, supaya mereka, anak-anak kita dan saudara kita lainnya tidak terdikotomi dalam perbedaan-perbedaan. Penguatan untuk saling menghargai sebagai sesama makhluk, saling mengasihi dan menanamkan bahwa setiap orang punya hak asasi yang tidak boleh dilanggar.
Pihak-pihak lain yang bisa dilibatkan tentunya punya program yang dapat dilaksanakan dengan baik. Pemerintah dengan hak legislasi, eksekusi dan yudikasinya melaksanakan peranannya dalam skup keluarga yang lebih luas. Ditambah lagi masyarakat yang tergabung dalam kelompok-kelompok sosial memberikan dukungan penuh dalam penegakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan konvensi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah yakni Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan.
Semoga harapan untuk hidup dengan damai tanpa kekerasan bisa kita capai. Salam kesetaraan dalam keberagaman.


Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.
(Al-Hujurat : 10)

Tak Perlu Menunggu Bulan

Tidak lagi terhitung memikirkanmuKarena setiap detik menyisakan sendirikuMaka kenangan bersamamu membawaku pada laraMeski tanpa airmata tapi hatiku meninggalkan lubang yang isinya nestapaAku melukis wajahmu dalam khayalan tanpa cumbuAku tisik ceritamu dalan rajutan kain sisa hidupkuAku menyalakanmu dalam tungku sepi yang berkobar-kobar  tidak keruanAku mencintaimu dengan cinta yang tidak lagi mampu kuberi  judulHanya perlu menginjak bumi ketika aku merinduKarena bulan tidak selamanya tampak di malam hariEntah karena awan yang tidak menginginkan kita bersamaAtau karena gelap yang memang tidak mampu kita patahkanPelangi yang kau titipkan padaku masih tersimpan rapat dalam sakuSesekali kulihat saat aku merapuhBukan karena indah warna-warninya yang semerbakTapi karena ikhlas dan tulus yang kau torehkan kala merapikannyaAku mencintaimu entah sampai kapanKarena ceritaku sangat tidak mampu aku kembangkanAku mencintaimu meski tak memilikimuKarena dengan mencintaimu aku merasakan kebahagiaanWalau tak sempurnaWalau tidak seperti surga duniaTapi aku yakin dengan yakin yang aku punyaDi sana kaupun merinduRindu yang sama seperti milikkuRindu yang dengan mimpi kita bertemuTak perlu menunggu bulan untuk mencintaimu dengan seluruhkuKarena bumi pun masih selalu memberikan kekuatan pada hatikuUntuk mencintaimuUntuk menantikanmu

by: Rizal Rais

Jika Ku Mati Hari Ini

bungkam burung-burung jika ku mati hari ini
biarkan mereka memandangku dari sangkar jeruji kuningan
menyaksikan mamaku terisak-isak
tutup wajah rata jam dinding dengan kain hitam dan matikan alarmnya
bendung air lumpur yang mengalir di selokan
bisikkan kepadanya, "dia telah mati, dia telah mati"

jika ku mati hari ini,
bakarlah kertas-kertas di kolong ranjangku hingga hangus dan tersisa abu
diamkanlah suara kematianku
hingga semua itu tak mempermalukan ingatanku

jika ku mati hari ini,
minumlah susu kemasan karton, tanpa alasan apapun
memekiklah dan menjerit di mall tempat berbelanja
di depan semua hantu buta itu
di depan boneka pajangan yang diam dan rendah itu
di depan dewa-dewa mall saksi segalanya
dari dunia neraka carut mereka
ciptalah kehebohan
sebuah kehebohan untuk membungkam burung-burung di angkasa dan hujan

jadilah gila dan liar jika ku mati hari ini
pergilah ke boneka pajangan berwajah dingin itu
dan cabut sepatu mungil mereka
dan cari tahu apakah boneka pajangan punya jari kaki
dan jika mereka punya
(dan bayangkan mereka semua berkuku kasar)
dan cari tahu bagaimana rasa daging boneka pajangan plastik itu
ciumlah sepatu mereka
jilatlah dengan lidah kikukmu
lakukanlah itu tepat di depan para pembelanja yang belum mati
juga di depan wanita-wanita yang memadati toko parfum
berteriaklah dan beritahu semua orang
"dia telah mati, dia telah mati"

lakukan apa yang mereka bayangkan
melangkahlah menuju toko makanan
gigitlah semua apel di sana
lalu letakkan di tempat semula
ciumlah orang-orang yang sulit kau kenali dengan nafsu
hingga mereka pusing gelagapan beberapa saat.

disadur ulang dari buku "Let Me Stand Alone, Rachel Corrie"

Grace Unbeliever

I didn't know what's the classification of disease that coming up to my soul. I felt i would being grace unbeliever, thinking what i'd got disproportionately with what they had got. I was enviable look others who got high level society easily, not comfort look others being success with their carrier, jealous with others being in love with their soulmates, dislike with others full helps from people around them. Seems that all of it is blessed. But here i am, i have to perspire in torrents to get all, by only use my hands, feet and my though to reach all my dreams. Oh God, forgive me who often being unbelieve Your interere..

My 1st Book about Philosophy



Judul Buku : Cahaya Ilahi dan Opera Manusia
Penulis : M.A.W. Brouwer
Penerbit : Kompas
Tahun Terbit : 2004
Tebal buku : 184 + viii hal.


Manusia lahir ke dunia, hidup, berkarya, dan akhirnya mati. Hanya begitu sajakah adanya? Tentu saja tidak. Lalu bagaimanakah sewajarnya hidup itu? Bagaimana pula karya kita? Juga bagaimana sepantasnya ibadat dan yang sangat penting, mengenal Tuhan?

 ***

Saya tidak akan mengulas tentang siapa MAW Brouwer. Cukup sajalah jika kita mengenalnya sebagai psikolog sekaligus filsuf berkebangsaan Belanda yang lama mengabdikan dirinya di Indonesia. Buku ini cukup lugas mengantarkan pembacanya dalam memahami hal-hal yang bersifat ke-Ilahi-an dan juga tentang segala cerita yang terjadi di bumi manusia. Filsafat yang digunakan kusebut filsafat aplikatif, hanya bersifat menstimulus pikiran kita untuk berfikir “bagaimana seharusnya kerja-kerja manusia yang ideal di mata Tuhan”.

Buku ini merupakan kumpulan artikel MAW Brouwer yang dicetak dalam harian kompas, tidak ada benang merah yang secara khusus terkait antara artikel-artikel yang disusun secara runut, sehingga pembaca tidak perlu khawatir jika membacanya tidak berurut.

Di halaman awal kita dihantarkan pada cerita seorang raja dengan pakaian kesombongan yang berakhir di neraka. Sombong itu pakaian Tuhan, dan makhluk tidak berhak memakainya. Lalu dilanjutkan dengan beragam kisah tentang percobaan primitif manusia dalam mengkreasikan hubungan diri dengan Tuhan. Compostela dengan katedral agungnya, di mana di masa kejayaaannya orang-orang Yahudi malah sibuk menjadikan diri kaya dengan memanfaatkan tempat tersebut sebagai bandar industri obat ajaib, tasbih, lilin penghapus dosa hingga akhirnya Tuhan marah, dan sekarang kota Compostela sunyi, yang ada hanya nenek-nenek yang sibuk bercerita dan seorang pastor yang mau mati. Pesta Hasan Husein di Isfahan, Iran. Ratusan orang menyanyi, berdoa dan bertepuk tangan. Pemuda-pemuda setengah telanjang melukai dirinya, didera sampai menjadi merah. Dengan cambuk yang tajam dan ganas mereka mengorbankan darahnya kepada Tuhan. Sekarang kota-kota Iran pada hari Hasan Husein sepi. Tak ada pesta, tak ada nyanyian, tak ada darah. Rupanya Allah tidak mau.

Ibadah yang wajar ialah …
Bukan gedung raksasa, bukan menyiksa diri, bukan pembakaran buku, gedung atau lilin, bukan corong-corong yang main pasar malam.

Ibadah yang wajar ialah …
Menolong anak yatim, mengunjungi orang yang ditahan di penjara, membantu janda-janda yang oleh hakim diperlakukan dengan tidak adil, merawat orang sakit, mengajar yang bodoh, mengubur yang mati, dst.

Beranjak dari sana, kita diajak untuk melihat bagaimana cara penilaian di hari akhir. Segala hal yang agung di dunia, yang fanatik, yang merasa sudah benar karena sudah omong agama semasa hidupnya, yang hanya omong besar dan bohong,  semuanya dicampakkan ke dalam neraka. Lalu Tuhan berkata, ergo sum veritas (Akulah Kebenaran). Tuhan menilai sebagai insider, menilai dengan cinta dan jujur. Maka jangan membuat Tuhan marah, dengan menempatkan dewa asing di samping-Nya. Tuhan nomor satu dan Tuhan hanya satu.

Pemikiran sempit di bidang agama menciptakan suatu bayangan ilahi yang penuh politik, takhayul atau simbolik yang tidak berlaku lagi. Whitehead melukiskan Tuhan sebagai hal yang tak terhingga tipis, suatu arah, bukan barang, bukan hal yang ada atau bukan ide.

Memilih Tuhan adalah memilih arah, kalau semua hilang, kita diarahkan tetap percaya

Adakah yang pernah mengamati dengan seksama wajah orang yang meninggal? Kadang ekspresinya heran dan putus asa. Mungkin mereka melihat, bahwa lingkungan, waktu, ruang, bunyi, dan warna runtuh dengan pembukaan jalan yang menuju jurang. Ternyata loncat ke dalam alam kekal rasanya sangat mengejutkan.

Sadarkah kita bahwa eksistensi tidak mempunyai corak yang memberi kenyataan, karena eksistensi itu sendiri corak yang paling luas, dan corak itu tidak mendasarkan dirinya. Manusia tidak tahu dari mana asalnya atau kemana perginya, dan kalau tidak ada tangan yang dapat dipegang, dia takut dan merasa putus asa.

Lalu bagaimana dengan presence? Presence (hal sekarang, hal yang ada) ialah hal yang akan jadi dan menimbulkan harapan atau ketakutan, sedangkan jalan atau hal mengada ialah hal yang sudah lewat dan yang meninggalkan jejak yang kita cari. Melihat, mendengar, mimpi, merasa, dan berpikir tak lain merupakan bagian dari aliran waktu, das sein, dengan badan sebagai hal yang tidak sadar. Dunia menampakkan diri dengan suatu skenario dari waktu dan ruang, tetapi bagaimana hal itu dikonstruksikan dalam noesis (segi mengalami) dan noema (segi dialami), memang tidak disadari. Satu hal pasti, badan mempunyai batas dan kalau badan hilang, waktu juga hilang.

Hmm.. Penasaran dengan pembahasan selanjutnya? Heheh.. Silahkan anda cari buku ini dan membacanya.

***
Pembaca akan sedikit dipusingkan dengan banyaknya istilah asing (Bahasa Jerman atau Bahasa Inggris), namun cara bercerita seorang MAW Brouwer akan membawa pembaca tertarik membaca setiap ide yang dituangkannya, ia bercerita dalam tutur kata yang gamblang dan jenaka. Pembaca akan terdorong untuk menyelesaikan semua bagian, karena setiap bagiannya menyajikan ide, pandangan dan kutipan filsafat yang berbeda. Lalu kalau kita sudah selesai membaca buku ini, pembaca terdorong untuk mencari buku-buku filsafat barat, memperdalam pandangan-padangan filsuf banyak disajikan dalam buku ini.

Tapi jujur, saya sedikit pusing dan harus beberapa kali ulang membaca setiap judul baru artikelnya. Tidak jauh beda dengan buku Dunia Shopie yang dulu pernah sekilas saya baca, penulis mencoba teknik menulis kreatif dalam memaparkan pandangan-pandangan filsafatnya. Sayangnya bahasa kalimatnya suka tiba-tiba terputus, tidak selesai dan mengambang. Penulis terkesan memaksa menulis non fiksi dalam gaya fiksi lalu menyelipkan kutipan-kutipan pandangan para filsuf besar dalam bahasa kutipan. Walaupun demikian, secara keseluruhan,penulis berhasil mengantarkan ide awal tulisannya, mengajak pembaca berpikir ulang tentang bagaimana mengenal Tuhan dan bagaimana berlakon di tengah-tengah masyarakat.


Beauty, Brain and Behavior



Nafsu mengatakan wanita cantik atas dasar rupanya,
akal mengatakan wanita cantik atas dasar ilmu dan kepandaiannya,
dan hati mengatakan wanita cantik atas dasar akhlaknya.









keepin' smile



















do what makes you happy
be with who makes you smile
laugh as much as you breath
love as long as you live

even hard to make a smile
always try to keep smiling
again... again...
it's the primrose way!!


Penghambat Kemakmuran

"Sikap adalah cerminan diri kita dan dunia adalah cerminan sikap kita"


Aku kembali merenungi sepenggal kalimat bijak yang baru saja aku baca dari buku Chicken Soup for The Soul sore ini. Lalu berkaca pada apa yang selama ini terjadi padaku dan sekelilingku, ternyata hukum kausalitas antara sikap, diri dan kondisi di sekitar kita memang benar-benar berlaku.

Beberapa hari yang lalu aku melakukan sesuatu (yang baru aku sadari sekarang kalau itu salah), merasa buruk di  mata orang lain. Sementara apa yang mereka bicarakan tentangku mungkin saja hal-hal yang umumnya saja, mungkin saja tidak bermaksud untuk memfitnah atau memburuk-burukkan, tapi aku paranoid ketika berita yang tak enak itu sampai ke telingaku. Karena asumsi negatif itu, prestasi kerjaku akhir-akhir ini pun menurun.

Lalu aku menuntut mereka. Aku cari sampai ke akar permasalahan, aku cari sampai ke orang pertama yang mengeluarkan pernyataan negatif itu. Tapi aku tidak mendapatkan suatu kebenaran yang membuat hatiku makin nyaman. Dari setiap apa yang keluar dari mulut masing-masing mereka tidak sama, ada yang lebih, ada yang cenderung menjadikan teman yang lain kambing hitam, kondisi ini semakin membuatku membenci lingkungan kerjaku.

Tapi kutipan dalam buku yang kubaca tadi sore membuka hatiku. Ada pernyataan di sana bahwa Anda tidak bisa memaafkan seseorang jika anda menuntutnya, dan jika anda mempertahankan kemarahan atau dendam itu, anda tidak bisa terbuka untuk menerima semua jatah kemakmuran. (ini terbukti, terlihat dari produktivitas kerjaku yang belakangan menurun). Karena kemarahan kita tidak mendapatkan kenyamanan dari lingkungan tempat kita hidup.

Maka hari ini aku bertekad untuk merubah pola negativitas itu dengan afirmasi-afirmasi positif. Langkah pertama yang harus bisa aku lakukan adalah, mencoba memaafkan orang lain. Ya, untuk apa menanamkan kebencian jika itu hanya mendatangkan kerugian pada kita, perasaan buruk, tidak semangat untuk bekerja, tidak bisa kooperatif dengan rekan kerja karena kita menganggap tidak ada yang bisa kita percaya lagi. Langkah selanjutnya, tidak usah mendengar pernyataan negatif dari pihak lain, karena berita dari mulut ke mulut cenderung tidak ajeg, karena sifat dasar manusia yang suka lupa dan juga cenderung menggunakan rasa. Langkah terakhir, aku harus meminta maaf pada diriku sendiri, karena kesalahan yang aku buat ini. Rasa sensitif ini sedikit-demi sedikit harus dihilangkan, agar tidak menyebarkan banyak virus negatif pada citra diri kita.

Coretan Semangat

kembali kibarkan semangatmu wahai puan
jika kau tetap ingin menjadi seseorang di masa depan
impian itu bukan untuk dirasa atau diendapkan
tapi itulah acuan perjalanan panjang

hari ini, dimana semua impian itu ditilik
ukirlah ia pada bebatuan dalam hatimu
agar tak terhapus oleh sapuan air mata
agar tak terpengaruh oleh rasa yang datang dan pergi lalu hilang
camkan dalam pikiran bahwa impianmu hanya kau yang bisa capai
bukan dia atau mereka, yang akan menghadiahkannya untukmu

tegarlah...
untuk kembali melanjutkan perjalanan

Menyoal Tes Virginitas Siswa

Berita kali ini benar-benar membuat heboh masyarakat Indonesia dan dunia pendidikan pada khususnya. Bambang Bayu Suseno, anggota dewan terhormat dari Jambi mengajukan ide untuk melakukan tes virginitas untuk siswa-siswa yang akan melanjutkan ke sekolah umum. Pertimbangan beliau adalah karena makin maraknya seks bebas sebelum menikah yang dilakukan oleh remaja usia sekolah.

Memang diakui mudahnya akses internet adalah penyebab utama meningkatnya kuantitas pelaku seks bebas di kalangan remaja. Data terakhir menunjukkan bahwa hampir sebesar 60 persen remaja di Indonesia yang sudah tidak virgin lagi. Ini bukan angka yang kecil, jika ditotalkan dari jumlah manusia produktif di Indonesia. Dari kondisi ini dapatlah kita tarik benang merah, besarnya jumlah pelaku seks bebas pra nikah dengan kuantitas kriminalitas di tengah-tengah masyarakat. Dan pada akhirnya secara otomatis sangat mempengaruhi angka Human Development Index Indonesia.

Padahal UU pornografi sudah diberlakukan sejak tahun 2008. Namun sepertinya efek pemberlakuan UU tersebut tidak terlalu dapat diharapkan bisa menekan angka pergaulan bebas di Indonesia. Malah seperti yang kita ketahui sendiri makin marak saja pengunduhan blue video di internet. Ketidaktegasan lembaga eksekutif dalam memberlakukan UU pornografi tersebut adalah sesuatu yang tidak bisa dipungkiri lagi.

Tapi dengan banyaknya kontra reaktif terhadap pengajuan proposal tes virginitas tersebut, pembahasan masalah tes inipun ditolak untuk dilanjutkan pada tingkatan lembaga legislatif yang lebih tinggi. Masih dinilai bukan pembahasan yang penting mengangkat isu pribadi yang menyangkut hak asasi manusia. Kayak ga ada yang bisa dibahas lagi deh, padahal masih banyak masalah-masalah pendidikan yang lebih penting untuk dibahas bapak-bapak terhormat para wakil rakyat ketimbang membahas tes virginitas... :-)

Que Sera-Sera pada Negeriku


Belakangan banyak sekali kejadian-kejadian yang di luar dugaan di negeri kita tercinta. Mulai dari kerusakan alam sampai dengan masalah-masalah sosial. Aku pikir semua itu tidak lepas dari campur tangan manusia di dalamnya. Gunung Sinabung yang meletus, bukan ansich karena fenomena alam tapi keterlibatan manusia-manusia yang cenderung suka mengeksplorasi alam pun lebih banyak memberikan kontribusi akan terjadinya bencana alam tersebut. Munculnya lagi masalah terorisme ke permukaan pun juga karena ulah orang-orang yang punya kepentingan.

Sementara makin banyak dan semakin besarnya masalah-masalah yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, elit-elit politik kita malah sibuk dengan kehidupannya sendiri. Selalu masalah jabatan, posisi, dan pencitraan yang mendapat porsi perhatian paling besar. Apakah hanya cukup dengan mengeluarkan Undang-Undang (hah, mungkin saja proses legislasi hanya untuk menambah income para elite politik), sistem di tengah-tengah masyarakat bisa berjalan dengan dinamis? Aku berpikir bahwa pemerintahan yang ada hanya menjalankan semua yang bersifat formalitas. Yang tujuannya hanya catatan di atas kertas. Tugas legislasi, eksekusi ataupun yudikasi itu hanya ada dalam teori. Ketika action, lagi-lagi hanya formalitas, tidak substantif dan tidak mengena ke kalangan grassroot.

Kira-kira di bidang apa Indonesia mengalami kemajuan yang pesat? Sudah layakkah bangsa Indonesia bergembira jika pemerintah mengatakan pada tahun 2009, ekonomi Indoesia mengalami peningkatan sebesar 4 persen (Media Indonesia, 17 September 2009). Padahal jika ditilik lebih lanjut kasus korupsi meningkat lebih pesat, "Indonesia adalah negara terkorup se-Asia Pasifik (Nusantaranews, 9 Maret 2010). Lagi-lagi ada nada kekecewaan di sini ketika aku di hadapkan dengan kondisi negeriku.

Jangan ditanya bagaimana dan peran apa yang seharusnya dilakukan oleh para pemuda ataupun masyarakat sebagai bagian dari bangsa ini. Karena hanya segelintir dari mereka yang mengerti tentang sistem dan tugas apa yang harus mereka kerjakan. Kita sudah lama dibutakan matanya dan dibuat tumpul pemikirannya tentang semua itu. Budaya hedon dan apatis menjamur di kalangan anak muda Indonesia. Karena hegemoni pasar yang kerap menelanjangi, membuat hati generasi muda Indonesia skeptis dengan apa yang terjadi di sekelilingnya.

"Yang penting gua bisa makan enak en nongkrong, masa bodoh dengan cerita bangsa", kalimat itu dipastikan akan keluar dari mulut mereka. Apalagi dengan masyarakat golongan akar rumput, yang memikirkan untuk makan dan bertahan hidup saja susah, disibukkan dengan harga sembako yang semakin tinggi, biaya sekolah dan kesehatan yang semakin mahal. Mereka pun akan lebih apatis melihat apa yang terjadi pada negerinya. "Yo wes ben, eneng presiden seng ngoros negoro". Dus, jadilah negeri ini hanya milik segelintir orang, para elite yang berkuasa di atas sana. Karena kebanyakan warganya berteriak, Que Sera-Sera...

Masyarakatnya hanya sibuk mengurus diri masing-masing, mengeksplorasi alam sekitarnya tanpa bisa mengerti bagaimana melakukan pemugaran alam. Pemimpinnya sibuk dengan cerita bagi-bagi keuntungan untuk memperkaya pribadi. Masyarakat makin melarat, elite politik semakin kuat namun alam semakin cepat kiamat.

Dan semuanya apatis dengan harmonisasi alam sekitar. Que Sera-Sera... Whatever will be, will be...

sejatinya cita


raih cita di tengah massa
asa itu modal luar biasa
naluri berjarak sementara
usah duka terurai di sana

perempuan ini berlimpah doa
usung mau diri agar suka cita
tak apa jika
raga tak bersua
adalah cita paling utama

adil ada di setiap langkah, menyatu
riak berirama sendu
meski penghalang membatu biru
isyarat yang menjelma
dalam setiap kata
ingini hidup berkisah
nan sejati jelang sesama

Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa. Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridha. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.
(An-Nisa' : 107-108)

jika senyumku tidak ada lagi


aku memulainya dengan menatapmu dari jauh
hingga ku susun kata-kata yang bisa terdengar merdu
karena mengenalmu adalah indah bagiku
walau dalam dunia maya yang kadang semu

sobat, ketika kemarin kuminta padamu tentang yakin
apakah sisa harapan untukku masih kau simpan ?

...
Ya
Harapan itu masih terlipat rapi dalam ruang terdalam batinku
Kubiarkan tak terusik oleh naifku dan tak terjamah oleh nafsuku
walau hasratku terus menggoda untuk bisa kuraih dalam jemariku
kudekap dalam pelukku dan kuhangatkan dengan panas tubuhku
Tapi secercah takut menghampiriku, melontarkan seribu tanya tak terjawab
Adakah yakinmu juga tersimpan bagiku di sana ?
...

sobat, ketika awal kuselipkan senyuman terindah untukmu
apakah kau paham, kalau senyum itu sangat tidak palsu ?

...
Aku tak pasti dengan semuanya
Yang aku tahu, semua tentang dirimu membuatku gamang
Aku bingung dengan penilaianku
Entahkah tulus, entahkah pasti
karena lukaku di masa lalu memakan separuh percayaku
tapi senyummu sudah melemparkan aku jauh dalam penjara jiwa yang gelap dan basah
Tahukah kamu betapa hebat kuasa senyummu untukku
Atau memang sengaja kau semburkan itu dari bibirmu untuk mengikat aku dalam simpul mati yang masai ini
Jelaskan padaku, kumohon
...

kemudian hanya hening yang ada
karena setelah kucoba perbaiki rasa
rinduku padamu menggelora
engakukah sahabat yang selama ini hilang entah kemana

sobat, ketika duka yang coba kubagi begitu berat
apakah ikhlasmu turut serta, atau kau hanya tertawa di ujung sana ?

...
Harta terbaik yang tersisa padaku hanyalah ikhlasku
Bagaimana mungkin ku peluk sendiri untukku
bagimu bahuku selalu tetap ada
andaikan aku bisa, aku bersedia ke sana mendekap dan menghitung air matamu
menikmati sedih bersamamu, dan melacurkan bahagiaku untukmu cuma-cuma
...

sobat, jika senyumku sudah tidak ada lagi
apakah senyummu masih akan setia menemaniku hingga mati ?

...
Tak akan kubiarkan engkau menemui ajalmu tanpa menatap lekat senyumku
Bagiku, apalah arti sunggingan tipis di atas belahan bibirku kalau bukan untukmu
walau tidak akan pernah kunikmati lagi canda tawa yang kau lepas tanpa pengharapan
maka usahaku terus kuhidupkan untuk membuat seribu macam senyuman demi membangunkan kepercayaan

karena aku mengerti, denganmu aku bisa kembali mencicipi arti sebuah kebahagiaan
dan aku paham bahwa duniaku tak akan sempurna tanpa memberimu sepotong senyum paling manis
hingga aku sadar bahwa dengan mencintamu adalah sebuah senyum terbaik yang sangat romantis
...


(sebuah puisi indah yang ditulis oleh seorang abang terbaik, Rizal Rais)

tadabbur


hadir di pucuk-pucuk
wangi jagad beriring biru mayapada
ikhtisar harmonisasi terra
phi, aksioma keselarasan berada

kasidah filantropi terjabar pada setiap kuncup
kazanah jelita terindera gus jampi kalang hidup

misteri haribaan janubi
cemerlang baiduri
hamparan cipta-Nya yang mengirap hati
lafal puji Ilahi

bahala hadir ba'da ambisi
kala jemawa nan profan
hakekat insan berfusi berdikari
jauhari berdaya iktikat gemilang

inayat dari-Nya untuk hamba
kaidah tadabbur terikhtiar
dus langsai di batas jidar

Habis Masa


Jika saja aku melewati masa-masaku dengan penuh rasa syukur
Karunia-Mu tak satu pun kan terlewat kurasakan Tuhan

Di ujung tahun-Mu ini aku meradang
Betapa waktu yang Kau beri terus menjauh
Masaku berkurang perlahan menghilang
Aku merana dengan sauh
Yang masih kupegang

Kayuh aku harus terus mengayuh
Mengejar kesempatan yang lari berjingkat
Tinggi jauh, teriring siasat
Dan kuterasih peluh menempuh

Sampai suatu saat masaku habis
Kuingin berhenti di peraduan-Mu tanpa tangis
Pun bukan dengan hati yang tergilas pulas
Tapi dengan kecupan manis
(dari-Mu Tuhan)

Ujian Nasional sebagai Standar Kompetensi Lulusan Siswa secara Nasional, Perlukah?


Indonesia sudah mengalami beberapa kali perombakan berkenaan dengan sistem yang digunakan dalam bidang pendidikan. Yang terakhir kurikulum yang digunakan dalam sistem pendidikan nasional disebut dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang secara substansi dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh tiap satuan pendidikan dengan memasukkan pendidikan berbasis budaya lokal. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan kurikulum antara sekolah yang berada di wilayah A dengan sekolah yang berada di wilayah B. Karena karakteristik suatu wilayah pasti berbeda sesuai dengan topografi dan kondisi budayanya.

Dengan kondisi wilayah yang berbeda dan pembelajaran yang berbeda maka targetan akhir pembelajaran setiap sekolah seharusnya berbeda. Mata pelajaran yang berbasis budaya lokal menentukan strategi belajar yang sesuai dengan kebutuhan setiap siswa. Guru sebagai fasilitator pembelajaran harus menyesuaikan metode dan pendekatan pembelajaran sesuai dengan kondisi siswa. Indikator pencapaian pembelajaran disesuaikan pula dengan relevansinya kebutuhan hidup dan kepentingan daerah tersebut. Sehingga out put pembelajaran yang dihasilkan adalah lulusan yang dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan daerah tempat tinggalnya.

Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa, dilakukan penilaian secara sistematis. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan, penilaian dilakukan oleh pendidik secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Satuan pendidikan atau sekolah juga harus melakukan penilaian kepada siswa untuk menilai pencapaian Standar Kompetensi Lulusan (SKL) semua mata pelajaran melalui ujian sekolah. Namun selain penilaian dari kedua pihak tersebut adalagi penilaian yang dilakukan oleh pemerintah untuk menilai kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu kelompok mata pelajaran iptek melalui Ujian Nasional (UN).

Ujian Nasional Bukan Representasi Pencapaian Kompetensi Siswa

Pertanyaan yang boleh diajukan adalah perlukah ujian nasional dilakukan untuk mengetahui penguasaan kompetensi lulusan? Padahal guru dan sekolah sebagai pihak yang bertanggung jawab penuh dalam proses pembelajaran pun sudah melakukan penilaian yang menurut hemat saya sudah sangat representatif untuk mengetahui kompetensi siswa, bahkan hasilnya lebih valid dalam menggambarkan pencapaian belajar siswa karena dilakukan secara berkesinambungan dan disesuaikan dengan kurikulum sebagai perencanaan pembelajaran siswa.

Permasalahan lain yang timbul dalam pelaksanaan Ujian Nasional (UN) adalah banyaknya praktek kecurangan, mulai dari joki jawaban ujian sampai dengan mark up nilai ujian nasional. Tuntutan nilai ketuntasan minimum yang semakin tinggi adalah salah satu indikasi penyebab praktek kecurangan dalam ujian nasional. Nilai 6,5 adalah standar nilai minimum yang menurut saya pribadi terlalu tinggi untuk standar ujian nasional, jika dilihat dari kemampuan rata-rata siswa dalam menjawab soal. Realitas yang ada pencapaian hasil belajar siswa pada penilaian-penilaian yang sudah saya temui di lapangan secara murni pada siswa yang mempunyai kemampuan rata-rata hanya berkisar 40-50 persen. Bagaimana mungkin pemerintah yakin dengan meninggikan standar nilai minimum sampai dengan 6,5 dapat meningkatkan kualitas lulusan yang juga secara korelasi positif dapat meningkatkan human development index manusia Indonesia. Yang ada hanya semakin maraknya simulasi dalam dunia pendidikan Indonesia.

Kasus gugatan yang diajukan oleh Kristiono dan kawan-kawan terhadap presiden, wakil presiden, Menteri Pendidikan Nasional, serta Ketua BSNP, adalah satu contoh kasus dari permasalahan yang timbul dari ujian nasional. Mereka menilai pemerintah lalai dalam memenuhi kebutuhan hak asasi manusia di bidang pendidikan. Kalau kita analisis lebih lanjut kondisi di lapangan, ujian nasional memang banyak memberikan dampak negatif, baik terhadap siswa maupun pihak-pihak lain yang terkait. Bukan suatu rahasia lagi kalau ujian nasional dijadikan ajang kepentingan politik oleh pihak-pihak tertentu.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 66 menyebutkan bahwa ujian nasional adalah salah satu bentuk penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pemerintah, bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi. Hal ini sedikit berbeda dengan penilaian hasil belajar di perguruan tinggi, yang proses penilaiannya hanya dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidikan (perguruan tinggi) yang bersangkutan. Jika pada perguruan tinggi saja penilaian bisa dilakukan oleh dosen dan perguruan tinggi yang bersangkutan saja, maka tidak akan ada masalah berarti jika saja ujian nasional dihapuskan, karena pada tingkatan perguruan tinggi pun penilaian yang dilakukan oleh pendidik dan perguruan tinggi yang bersangkutan sudah representatif untuk mengetahui penguasaan kompetensi lulusan.

Kalau pemerintah mengatakan bahwa hasil ujian nasional dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam seleksi penerimaan mahasiswa di perguruan tinggi, maka hal itu bisa dinegasikan karena perguruan tinggi bisa melakukan penerimaan mahasiswa baru melalui seleksi ujian masuk perguruan tinggi. Penerimaan mahasiswa dengan jalur khusus pun masih bisa menggunakan nilai hasil ujian akhir sekolah dan raport, karena hasil ujian akhir sekolah dan raport juga sudah memenuhi standar kompetensi lulusan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Artinya alasan apapun yang menjadi pertimbangan agar ujian nasional tetap digunakan sebagai alat penilaian hasil belajar atau sebagai alat untuk mengukur tingkat penguasaan kompetensi lulusan secara nasional bisa terbantahkan.

Untuk melakukan pemetaan mutu pendidikan secara nasional, pemerintah pusat bisa berkoordinasi dengan pemerintah daerah, karena satuan pendidikan (sekolah) biasanya melakukan pelaporan hasil belajar siswa secara berkala kepada dinas pendidikan yang menaungi sekolah tersebut. Selain itu pemerintah pusat punya badan khusus yang disebut dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yaitu badan mandiri dan independen yang bertugas mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi standar nasional pendidikan. Standar nasional pendidikan yang ditetapkan BSNP yang terdiri dari standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan adalah acuan bersama satuan pendidikan dalam mengelola proses pembelajarannya.

Untuk mensinergiskan pencapaian minimal profesionalitas pendidikan mungkin keberadaan badan bagian dari pemerintah yang capable dalam memformulasikan standar minimal secara nasional seperti BSNP diakui sangat dibutuhkan. Namun formulasi yang dilakukan hendaknya secara konsep dan teori adalah sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran oleh satuan pendidikan. Pelaksanaannya dikembalikan lagi ke satuan pendidikan, disesuaikan dengan sejauh mana pemerintah daerah tempat satuan pendidikan tersebut bernaung dalam memberikan dan meningkatkan fasilitas yang layak untuk proses pembelajaran.

Kondisi daerah yang berbeda pastinya memberikan pengaruh terhadap satuan pendidikan yang dinaunginya. Alhasil ini pun berdampak pada hasil belajar siswa yang berada di daerah tersebut. Ujian nasional dengan standar nilai minimal yang sama tidak memungkinkan digunakan karena kondisi tiap daerah tidak sama, ada yang pendapatan daerahnya tinggi sehingga fasilitas belajarnya lengkap dan menunjang pembelajaran siswa dan tidak dinafikan pula masih banyak daerah tertinggal di negeri ini yang tentunya hanya memenuhi kebutuhan fasilitas belajar satuan pendidikan di daerahnya seadanya atau bahkan jauh dari standar nasional yang sudah ditetapkan.

Masih jauh saya pikir masanya untuk menjadikan ujian nasional sebagai standar penguasaan kompetensi siswa dengan semua kondisi yang sudah kita lihat di lapangan. Masih banyak satuan pendidikan dan daerah yang belum siap dengan pemberlakuan standar nasional yang sama rata karena kondisinya yang berbeda-beda. Karenanya jangan kita korbankan siswa hanya untuk memenuhi egoisme kita dalam mencapai sesuatu yang belum semestinya, memaksa kita untuk berpura-pura buta dengan realita pendidikan yang ada saat ini. Semua yang ideal harus melalui proses. Mungkin ada baiknya jika selangkah demi selangkah kita perbaiki kondisi pendidikan di Indonesia. Pencapaian standar ketuntasan belajar siswa yang saat ini lebih memungkinkan diserahkan kepada pendidik dan satuan pendidikan yang bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pembelajaran siswanya adalah satu jawaban yang sangat realistis. Jika pembangunan daerah sudah merata dan fasilitas pembelajaran pun menunjang, perlahan demi perlahan sistem pendidikan kita akan menuju ke bentuk yang lebih sempurna yaitu pencapaian standar pendidikan yang merata secara nasional.****