Tulus dalam Sapa


aku ingin bertahan dengan hati ini
menikmatinya dengan segala rasa
pahit, getir atau manis

adakah tempat di sela hatimu
buatku

lagi, aku mengingat saat di mana semuanya ada
aku, kau, kita, membuat cerita di sana
berlaku khidmat akan kebaikan massa
dan masa pun mencatat berbait-bait suka

kembali, adakah kata yang mengalir cita
ringan tanpa prasangka
karena duka lara tersayat atasnya
atau bukan lagi saatnya asa kita sama
terkurung dalam bisunya bibir yang tetap terkatup
sapaan yang enggan bertaut
hanya pikiran yang berkelana
saling menerka

dan waktu pun terus berlalu
tertawa melihat kita
saling mengasing sampai terasing
akan berlaku kalimat itu
bahwa sekali berarti sudah itu mati

lagi-lagi pikiranku berkelana, menerka

bayangan itu selalu berada di hadapanku
sepertinya itu dirimu
memandang dari kejauhan
tapi hanya menatap
tak berani mendekat
tersenyum atau berkata
hanya menatap
datar tanpa makna apapun kudapat

bolehkah aku menghampiri
memulai dengan senyuman
dan pandangan suka
bukan pandangan terka
yang aku yakin itu menyayat
yang membuat kita berasa terhina

apapun itu aku bersedia lakukan
supaya hilang batas di antara kita
supaya ringan kembali rasa kita
supaya ada lagi senyum di bibir kita
supaya bisa lagi kita berkata
dan binar itu kembali hadir di sudut mata


Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
(Al-Baqarah : 153)