My 1st Book about Philosophy



Judul Buku : Cahaya Ilahi dan Opera Manusia
Penulis : M.A.W. Brouwer
Penerbit : Kompas
Tahun Terbit : 2004
Tebal buku : 184 + viii hal.


Manusia lahir ke dunia, hidup, berkarya, dan akhirnya mati. Hanya begitu sajakah adanya? Tentu saja tidak. Lalu bagaimanakah sewajarnya hidup itu? Bagaimana pula karya kita? Juga bagaimana sepantasnya ibadat dan yang sangat penting, mengenal Tuhan?

 ***

Saya tidak akan mengulas tentang siapa MAW Brouwer. Cukup sajalah jika kita mengenalnya sebagai psikolog sekaligus filsuf berkebangsaan Belanda yang lama mengabdikan dirinya di Indonesia. Buku ini cukup lugas mengantarkan pembacanya dalam memahami hal-hal yang bersifat ke-Ilahi-an dan juga tentang segala cerita yang terjadi di bumi manusia. Filsafat yang digunakan kusebut filsafat aplikatif, hanya bersifat menstimulus pikiran kita untuk berfikir “bagaimana seharusnya kerja-kerja manusia yang ideal di mata Tuhan”.

Buku ini merupakan kumpulan artikel MAW Brouwer yang dicetak dalam harian kompas, tidak ada benang merah yang secara khusus terkait antara artikel-artikel yang disusun secara runut, sehingga pembaca tidak perlu khawatir jika membacanya tidak berurut.

Di halaman awal kita dihantarkan pada cerita seorang raja dengan pakaian kesombongan yang berakhir di neraka. Sombong itu pakaian Tuhan, dan makhluk tidak berhak memakainya. Lalu dilanjutkan dengan beragam kisah tentang percobaan primitif manusia dalam mengkreasikan hubungan diri dengan Tuhan. Compostela dengan katedral agungnya, di mana di masa kejayaaannya orang-orang Yahudi malah sibuk menjadikan diri kaya dengan memanfaatkan tempat tersebut sebagai bandar industri obat ajaib, tasbih, lilin penghapus dosa hingga akhirnya Tuhan marah, dan sekarang kota Compostela sunyi, yang ada hanya nenek-nenek yang sibuk bercerita dan seorang pastor yang mau mati. Pesta Hasan Husein di Isfahan, Iran. Ratusan orang menyanyi, berdoa dan bertepuk tangan. Pemuda-pemuda setengah telanjang melukai dirinya, didera sampai menjadi merah. Dengan cambuk yang tajam dan ganas mereka mengorbankan darahnya kepada Tuhan. Sekarang kota-kota Iran pada hari Hasan Husein sepi. Tak ada pesta, tak ada nyanyian, tak ada darah. Rupanya Allah tidak mau.

Ibadah yang wajar ialah …
Bukan gedung raksasa, bukan menyiksa diri, bukan pembakaran buku, gedung atau lilin, bukan corong-corong yang main pasar malam.

Ibadah yang wajar ialah …
Menolong anak yatim, mengunjungi orang yang ditahan di penjara, membantu janda-janda yang oleh hakim diperlakukan dengan tidak adil, merawat orang sakit, mengajar yang bodoh, mengubur yang mati, dst.

Beranjak dari sana, kita diajak untuk melihat bagaimana cara penilaian di hari akhir. Segala hal yang agung di dunia, yang fanatik, yang merasa sudah benar karena sudah omong agama semasa hidupnya, yang hanya omong besar dan bohong,  semuanya dicampakkan ke dalam neraka. Lalu Tuhan berkata, ergo sum veritas (Akulah Kebenaran). Tuhan menilai sebagai insider, menilai dengan cinta dan jujur. Maka jangan membuat Tuhan marah, dengan menempatkan dewa asing di samping-Nya. Tuhan nomor satu dan Tuhan hanya satu.

Pemikiran sempit di bidang agama menciptakan suatu bayangan ilahi yang penuh politik, takhayul atau simbolik yang tidak berlaku lagi. Whitehead melukiskan Tuhan sebagai hal yang tak terhingga tipis, suatu arah, bukan barang, bukan hal yang ada atau bukan ide.

Memilih Tuhan adalah memilih arah, kalau semua hilang, kita diarahkan tetap percaya

Adakah yang pernah mengamati dengan seksama wajah orang yang meninggal? Kadang ekspresinya heran dan putus asa. Mungkin mereka melihat, bahwa lingkungan, waktu, ruang, bunyi, dan warna runtuh dengan pembukaan jalan yang menuju jurang. Ternyata loncat ke dalam alam kekal rasanya sangat mengejutkan.

Sadarkah kita bahwa eksistensi tidak mempunyai corak yang memberi kenyataan, karena eksistensi itu sendiri corak yang paling luas, dan corak itu tidak mendasarkan dirinya. Manusia tidak tahu dari mana asalnya atau kemana perginya, dan kalau tidak ada tangan yang dapat dipegang, dia takut dan merasa putus asa.

Lalu bagaimana dengan presence? Presence (hal sekarang, hal yang ada) ialah hal yang akan jadi dan menimbulkan harapan atau ketakutan, sedangkan jalan atau hal mengada ialah hal yang sudah lewat dan yang meninggalkan jejak yang kita cari. Melihat, mendengar, mimpi, merasa, dan berpikir tak lain merupakan bagian dari aliran waktu, das sein, dengan badan sebagai hal yang tidak sadar. Dunia menampakkan diri dengan suatu skenario dari waktu dan ruang, tetapi bagaimana hal itu dikonstruksikan dalam noesis (segi mengalami) dan noema (segi dialami), memang tidak disadari. Satu hal pasti, badan mempunyai batas dan kalau badan hilang, waktu juga hilang.

Hmm.. Penasaran dengan pembahasan selanjutnya? Heheh.. Silahkan anda cari buku ini dan membacanya.

***
Pembaca akan sedikit dipusingkan dengan banyaknya istilah asing (Bahasa Jerman atau Bahasa Inggris), namun cara bercerita seorang MAW Brouwer akan membawa pembaca tertarik membaca setiap ide yang dituangkannya, ia bercerita dalam tutur kata yang gamblang dan jenaka. Pembaca akan terdorong untuk menyelesaikan semua bagian, karena setiap bagiannya menyajikan ide, pandangan dan kutipan filsafat yang berbeda. Lalu kalau kita sudah selesai membaca buku ini, pembaca terdorong untuk mencari buku-buku filsafat barat, memperdalam pandangan-padangan filsuf banyak disajikan dalam buku ini.

Tapi jujur, saya sedikit pusing dan harus beberapa kali ulang membaca setiap judul baru artikelnya. Tidak jauh beda dengan buku Dunia Shopie yang dulu pernah sekilas saya baca, penulis mencoba teknik menulis kreatif dalam memaparkan pandangan-pandangan filsafatnya. Sayangnya bahasa kalimatnya suka tiba-tiba terputus, tidak selesai dan mengambang. Penulis terkesan memaksa menulis non fiksi dalam gaya fiksi lalu menyelipkan kutipan-kutipan pandangan para filsuf besar dalam bahasa kutipan. Walaupun demikian, secara keseluruhan,penulis berhasil mengantarkan ide awal tulisannya, mengajak pembaca berpikir ulang tentang bagaimana mengenal Tuhan dan bagaimana berlakon di tengah-tengah masyarakat.


No comments:

Post a Comment