jika senyumku tidak ada lagi


aku memulainya dengan menatapmu dari jauh
hingga ku susun kata-kata yang bisa terdengar merdu
karena mengenalmu adalah indah bagiku
walau dalam dunia maya yang kadang semu

sobat, ketika kemarin kuminta padamu tentang yakin
apakah sisa harapan untukku masih kau simpan ?

...
Ya
Harapan itu masih terlipat rapi dalam ruang terdalam batinku
Kubiarkan tak terusik oleh naifku dan tak terjamah oleh nafsuku
walau hasratku terus menggoda untuk bisa kuraih dalam jemariku
kudekap dalam pelukku dan kuhangatkan dengan panas tubuhku
Tapi secercah takut menghampiriku, melontarkan seribu tanya tak terjawab
Adakah yakinmu juga tersimpan bagiku di sana ?
...

sobat, ketika awal kuselipkan senyuman terindah untukmu
apakah kau paham, kalau senyum itu sangat tidak palsu ?

...
Aku tak pasti dengan semuanya
Yang aku tahu, semua tentang dirimu membuatku gamang
Aku bingung dengan penilaianku
Entahkah tulus, entahkah pasti
karena lukaku di masa lalu memakan separuh percayaku
tapi senyummu sudah melemparkan aku jauh dalam penjara jiwa yang gelap dan basah
Tahukah kamu betapa hebat kuasa senyummu untukku
Atau memang sengaja kau semburkan itu dari bibirmu untuk mengikat aku dalam simpul mati yang masai ini
Jelaskan padaku, kumohon
...

kemudian hanya hening yang ada
karena setelah kucoba perbaiki rasa
rinduku padamu menggelora
engakukah sahabat yang selama ini hilang entah kemana

sobat, ketika duka yang coba kubagi begitu berat
apakah ikhlasmu turut serta, atau kau hanya tertawa di ujung sana ?

...
Harta terbaik yang tersisa padaku hanyalah ikhlasku
Bagaimana mungkin ku peluk sendiri untukku
bagimu bahuku selalu tetap ada
andaikan aku bisa, aku bersedia ke sana mendekap dan menghitung air matamu
menikmati sedih bersamamu, dan melacurkan bahagiaku untukmu cuma-cuma
...

sobat, jika senyumku sudah tidak ada lagi
apakah senyummu masih akan setia menemaniku hingga mati ?

...
Tak akan kubiarkan engkau menemui ajalmu tanpa menatap lekat senyumku
Bagiku, apalah arti sunggingan tipis di atas belahan bibirku kalau bukan untukmu
walau tidak akan pernah kunikmati lagi canda tawa yang kau lepas tanpa pengharapan
maka usahaku terus kuhidupkan untuk membuat seribu macam senyuman demi membangunkan kepercayaan

karena aku mengerti, denganmu aku bisa kembali mencicipi arti sebuah kebahagiaan
dan aku paham bahwa duniaku tak akan sempurna tanpa memberimu sepotong senyum paling manis
hingga aku sadar bahwa dengan mencintamu adalah sebuah senyum terbaik yang sangat romantis
...


(sebuah puisi indah yang ditulis oleh seorang abang terbaik, Rizal Rais)