Menuju Tuhan

Ion meninggal satu hari sesudah dipermandikan. Umurnya baru satu hari dan dia tidak berdosa. Arwahnya menuju surga dan dengan suara kecil dia berseru, "Saya Ion dan meninggal satu hari sesudah lahir. Bolehkah saya masuk surga?" Malaikat penjaga pintu menuju tahta Tuhan dan bertutur, "Ion menunggu di luar, dia meninggal satu hari sesudah lahir, tidak berdosa dan mau masuk surga." Tuhan bersabda, "Katakanlah kepada Ion bahwa ia harus pergi ke penggilingan gandum. Ia mesti berada di antara batu penggilingan selama 100 tahun, sesudah itu ia boleh datang lagi."

Malaikat penjaga pintu dengan sedih hati memberitahukan hal itu kepada Ion, "Selama 100 tahun engkau harus berada di antara batu penggilingan dan sesudah itu kau boleh datang lagi." Ion berada di antara dua batu raksasa penggilingan dan menangis karena sakit tidak terhingga. Penggiling sering heran dan berkata, "Rupanya ada anak yang menangis." Tetapi temannya menjawab, "Mungkin baling-baling penggilingan menyanyi karena tiuan angin." Setelah itu mereka tidak peduli lagi.

Sesudah 100 tahun Ion sakit, luka dan berdarah, menuju ke pintu surga dan berkata, "Saya Ion, saya meninggal satu satu hari sesudah lahir, selama 100 tahun saya berada di antara batu penggilingan, saya ingin masuk surga." Malaikat penjaga pintu, menuju ke tahta Tuhan dan mengatakan, "Ion datang. Dia meninggal satu hari sesudah lahir. Setelah berada 100 tahun di antara batu penggilingan dia ingin masuk surga." Tuhan bersabda, "Katakanlah pada anak itu bahwa dia harus pergi ke perempatan jalan di mana gerobak-gerobak besar lewat. Dia harus menjalani siksaan di bawah roda-roda gerobak itu."

Malaikat penjaga pintu dengan sedih hati mengabarkan hal itu kepada Ion. Seratus tahun lamanya Ion berada di bawah roda-roda gerobak yang berat. Dan, tukang-tukang gerobak yang mendengar Ion menangis, mengira bahwa roda-rodanya kurang minyak sehingga menjerit-jerit.

Sesudah 100 tahun Ion menuju lagi ke surga. Dan, sekali lagi malaikat penjaga pintu mengabarkan, "Ion datang lagi. Dia tidak berdosa dan telah berada 100 tahun di persimpangan jalan. Dia ingin masuk." Dan, Tuhan bersabda, "Katakanlah kepada Ion bahwa ia harus pergi ke hutan di mana ada pohon besar yang dua cabangnya saling bergesekan. Ion harus berada di antara dua cabang itu untuk menjalani siksaan."

Dengan sedih Ion pergi ke hutan. Waktu angin menggerakkan cabang-cabang pohon, dia sangat kesakitan dan menangis.

Pada suatu malam sekelompok pembunuh dan perampok berlindung di bawah pohon itu. Mereka bersenang-senang karena hasil rampokan hari itu besar sekali, tetapi sekonyong-konyong terdengar tangisan anak kecil sehingga mereka terdiam. Seorang pembunuh berteriak, "Siapakah kamu?".Terdengar suara kecil seorang anak, "Saya Ion. Selama 100 tahun saya disiksa di penggilingan. Seratus tahun lagi disiksa di perempatan jalan, sekarang saya disiksa di pohon ini. Saya meninggal satu hari sesudah lahir dan saya tidak berdosa."

Para perampok terkejut dan berbisik satu sama lain, "Kalau anak yang tidak berdosa begitu disiksa, bagaimana nasib kita yang membunuh, memperkosa dan mencuri seenak-enaknya?" Dan mereka bertobat, menjadi orang baik bersama Ion selamat masuk surga.

Hemm... Ketika kita omong tentang Tuhan, tidak pernah Tuhan dibicarakan. Selalu hal lain yang jadi pokok omongan itu. "We can't get God out of our system". Kita tidak berhasil menghilangkan Tuhan dari darah kita. Di negeri ini, banyak orang yang sangat korup. Tidak segan mencuri uang tidak hanya dari saudara-saudara yang kaya, tetapi juga dari rakyat biasa. Toh mereka mengatakan bahwa mereka percaya pada Tuhan.

Orang yang mengatakan bahwa ia percaya pada Tuhan, padahal dia korup dan mencuri uang dari rakyat, dia bohong. So, kalau Ion saja yang meninggal hanya satu hari setelah dilahirkan disiksa 300 tahun, bagaimana lagi dengan nasib pengisap darah rakyat itu?

No comments:

Post a Comment