Be Adult...

Ternyata dirimu sekarang sudah seperti orang dewasa sayang. Padahal dulu kita pernah berikrar dan berjanji kita tidak akan menjadi dewasa. Kita tidak mau menjadi dewasa, karena orang dewasa menilai segala hal dengan angka. Coba tanya kepada orang dewasa (atau yang kelihatannya dewasa), bagaimana gambaran tentang sebuah rumah yang indah. Yang pertama kali terucap pasti nominal. Mereka akan menyebut sejumlah angka dengan banyak nol lebih dari delapan angka untuk harga sebuah rumah yang mereka sebut indah. Atau ketika mereka berkenalan dengan orang, apa yang akan mereka tanya, pasti berapa umur kamu, atau berapa jumlah saudara kamu dan bahkan bisa saja mereka tanya berapa penghasilan kamu. Bah, menjadi dewasa sungguh membosankan. Mereka kehilangan "taste" hidup.

Dan kondisi ini pun menimpa diriku sayang. Aku mulai menilai segalanya dengan angka. Aku ga bisa menggambarkan lagi tentang sebuah rumah yang indah misalnya adalah rumah yang di jendelanya tumbuh bunga geranium berwarna ungu, dan temboknya berwarna jingga. Aku sudah mulai ga punya "taste" hidup. Karena selalu disibukkan dengan angka dan angka. Bagiku memberikan pertanyaan "apa hobi kamu", "apa musik favoritmu", adalah sesuatu yang tidak penting lagi. Duh, aku mulai menjadi dewasa. Padahal itu adalah sesuatu yang kuhindarkan dari dulu. Menjadi orang dewasa adalah yang paling menyebalkan. Karena mereka selalu memerlukan jawaban dan alasan untuk segala hal. Bahkan tidak cukup dengan satu kalimat untuk menjelaskan satu kondisi.

Dan aku ingat dengan yang dikatakan teman yang lain, bahwa aku adalah pecundang. Karena aku takut menghadapi kenyataan. Kenyataan menjadi dewasa. Kenyataan berubah menjadi orang lain (itu yang selalu ada dibenakku, menjadi dewasa adalah menjadi orang lain, karena kita berubah seperti ular berganti kulit, walaupun toh tidak tampak berbeda dari luar, tapi kulit itu tidaklah kulit yang sama dengan sebelumnya). Dan untuk saat ini aku pun masih diliputi keraguan, apakah aku seorang pecundang karena aku takut menjadi dewasa? Ataukah seperti dibenakku yang satu lagi bahwa aku tetap mempertahankan idealitas manusiaku, bahwa menjadi anak-anak adalah satu hal yang sangat baik bagiku, karena aku akan tetap bisa merasakan segala hal dengan lebih alami, menerima segalanya seperti adanya tanpa perlu complain dengan kondisi yang ada, tanpa perlu penjelasan panjang untuk pertanyaan yang ada dibenakku.

Entahlah... Tapi dalam hati kecilku, aku masih ingin tetap menjadi seorang anak-anak...

No comments:

Post a Comment