Mari Cemerlang dengan Bersabar

"... Sesungguhnya, hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas," (QS Az-Zumar : 10)


Kesabaran dalam Islam mempunyai kaitan dengan Allah. Kita dididik untuk memahami bahwa kesabaran adalah sebagian dari iman. Kesabaran mempunyai keuntungan dan kebaikan-kebaikan di sisi Allah. Jika  kita bersabar ketika menerima musibah, mereka akan menyadari bahwa kesabaran itu merupakan jembatan untuk mendapat pertolongan Ilahi. Di samping itu, ganjaran yang besar sedang menanti.

Kesabaran bukan berarti menerima saja keadaan serta menanti perubahan tanpa usaha. Sebaliknya, kita disuruh bersabar dan bersamaan dengan itu melakukan amalan serta usaha. Sejak awal dunia adalah tempat ujian dan godaan dan surga adalah tempat kesenangan yang abadi. Dan kita harus rela bersabar dengan segala ujian di dunia. Dan pada saat yang sama, kita juga harus berusaha bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 155 Allah berfirman, "Sesungguhnya, Kami pasti mengujimu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan, berikanlah berita gembira kepada mereka dengan sabar."

Walau bagaimanapun ujian yang menimpa, tidak akan terjadi terus-menerus atau selama-lamanya. Hal tersebut hanyalah merupakan suatu proses pendidikan dan pembangunan diri yang diperlukan sebelum kecermelangan dan kemenangan dicapai. Inilah yang dijanjikan Allah dalam Surah Al-Insyirah ayat 5-6 yang isinya, "Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kesenangan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada  kesenangan." Hal ini diperkuat lagi melalui sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, "Sesungguhnya, keberhasilan bersama-sama dengan kesabaran, kelapangan bersama-sama dengan kesusahan dan sesungguhnya beserta dengan kepayahan ialah kesenangan."

Selain dari itu, ujian juga menggugurkan dosa. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Nabi bersabda, "Tidak ada satupun musibah yang menimpa atas seorang muslim, baik berupa kepenatan, sakit yang kronis, kerisauan, kesedihan, kesakitan, dan kemurungan, sampai duri yang mengenai badannya, melainkan ia akan menjadi kifarat baginya dari dosa-dosa."

Oleh karena itu, bukanlah suatu yang sulit jika kita berterima kasih serta bersyukur kepada Allah apabila sesuatu ujian menimpa mereka. Berkenaan dengan ini, Umar Al-Khattab pernah berkata, "Jika aku mendapatkan ujian duniawi, aku bersyukur karena terdapat padanya empat nikmat, pertama, ujian itu tidak berkaitan dengan agama. Kedua, ia tidak begitu besar dibandingkan ujian agama. Ketiga, aku akan mendapatkan keridaan-Nya dengan ujian itu, dan keempat aku mengharapkan pahala dari-Nya." Inilah pikiran positif yang sepatutnya dicontoh.

Sikap kita ditentukan oleh cara kita melihat sesuatu masalah. Jika melihat sesuatu masalah sebagai satu kesempatan untuk membangun diri, artinya kita berpikir positif. Sebalikya, jika kita melihat masalah sebagai sesuatu yang akan memusnahkan kita, artinya kita berpikiran negatif. Ketika menghadapi suatu masalah, senyumlah dan katakan, "Alhamdulillah. Aku diberikan kesempatan untuk menjadi lebih berhasil." Kemudian, lakukan analisis terhadap masalah itu satu per satu. Jangan lupa, "Kita tidak boleh menelan seekor kuda sekaligus. Jika kita memakannya sedikit demi sedikit, akhirnya kita akan berhasil menelan seekor kuda.: Jelas sekali, yang menjadi masalah bukan kudanya, melainkan cara kita. Jangan lupakan sabda Nabi yang berbunyi, "Sesungguhnya, kecemerlangan bersama-sama dengan kesabaran, kelapangan bersama-sama dengan kesusahan dan sesungguhnya beserta dengan kepayahan ada kesenangan."